Dalam hidup ini, bahagia tidaknya kita, kita sendiri yang akan menentukan. Hanya karena kebodohan, kita dibayangi oleh rasa kekhawatiran dan rasa takut yang sebenarnya tidak perlu ada.
Berhati lurus adalah menjaga hati dan pikiran agar tidak mudah goyah oleh godaan. Bagi yang berkepribadian lemah dan berjiwa rapuh akan mudah tergoda pada kesenangan duniawi.
Mata kita hanya melihat benda-benda yang indah, telinga kita hanya akan mendengar suara yang merdu, dan lidah hanya mau mencicipi makanan yang lezat. Tubuh menjadi manja, dan pikiran mengembara ke mana-mana tanpa dapat dikendalikan.
Orang bijak mengatakan bahwa perang yang tidak ada habisnya adalah perang melawan diri sendiri. Musuh yang paling sulit ditaklukkan adalah diri sendiri.
Hati yang bercabang ibarat kuda yang lepas dari kendali. Karena itu kita harus menjaga keseimbangan hati dan pikiran kita. Hindari pikiran yang menyesatkan, karena nantinya akan menimbulkan malapetaka bagi diri sendiri.
Bila kita ingin menuai benih kebahagiaan, taburlah benih kebaikan. Kita mulai dengan menanam bibit-bibit kebaikan, mencabut rumput-rumput ketamakan, kebencian, iri hati, mengairinya dengan ketabahan dan kemurahan hati, serta menyuburkannya dengan memberi pupuk perilaku yang berbudi. Dengan begitu, sudah sepantasnya kita menikmati hasil panen yang memuaskan.
Belajarlah Menghargai Pengorbanan
Mengapa sebuah sapu lidi begitu murah harganya? Begitu murahnya sampai-sampai jauh lebih murah daripada seteguk air penghilang dahaga.
Padahal, apakah Anda tahu, bahan dasar lidi itu harus dipetik dari pepohonan kelapa yang ditanam di dusun-dusun jauh di pedalaman. Harus diserut, dihaluskan, diikat kuat agar mudah digunakan dan tak melukai tangan.
Ia harus diangkut oleh kendaraan, melewati pasar dan naik turun timbangan penawaran. Karena, ia dipetik oleh tangan-tangan kecil yang tak menuntut banyak upah.
Ia dijalin oleh perempuan-perempuan yang tak menghitung laba rugi. Ia juga dipikul oleh bahu-bahu para lelaki yang tak terlalu mengerti transaksi jual beli.
Sebatang sapu lidi itu begitu murah sampai di tangan kita, karena orang-orang itu tak menghitung jerih perih kerjanya. Mereka pun tak menghitung berapa banyak butir-butir keringatnya yang telah jatuh membasahi tubuhnya.
Mari kita sadari bahwa dibalik kemurahan dan kemudahan yang kita terima sekarang ini, terselip pengorbanan patut kita hargai dan renungkan...
sumber: internet
0 comments:
Post a Comment