Rukun Islam terdiri daripada lima perkara:
- Mengucap dua kalimat syahadat dan menerima bahwa Allah itu tunggal dan Nabi Muhammad s.a.w itu rasul Allah.
- Menunaikan salat lima kali sehari.
- Mengeluarkan zakat.
- Berpuasa pada bulan Ramadan.
- Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu.
Syahadat
Rukun pertama : Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara hak melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Syahadat
(persaksian) ini memiliki makna yang harus diketahui seorang muslim
berikut diamalkannya. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan
namun tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada
manfaat sama sekali dengan syahadatnya.
Makna Syahadat “Muhammad Rasulullah”
Makna syahadat Muhammad Rasulullah adalah mengetahui dan meyakini bahwa Muhammad utusan Allah
kepada seluruh manusia, dia seorang hamba biasa yang tidak boleh
disembah, sekaligus rasul yang tidak boleh didustakan. Akan tetapi harus
ditaati dan diikuti. Siapa yang menaatinya masuk surga dan siapa yang
mendurhakainya masuk neraka.
Selain itu anda juga mengetahui dan meyakini bahwa sumber pengambilan
syariat sama saja apakah mengenai syiar-syiar ibadah ritual yang
diperintahkan Allah maupun aturan hukum dan syariat dalam segala sector
maupun mengenai keputusan halal dan haram.
Semua itu tidak boleh kecuali lewat utusan Allah yang bisa menyampaikan
syariat-Nya. Oleh karena itu seorang muslim tidak boleh menerima satu
syariatpun yang datang bukan lewat Rasul SAW. Allah ta’ala berfirman :
“ |
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah (Al Hasyr:7) |
” |
“ |
Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh hati (An Nisa’:65) |
” |
- Makna kedua ayat :
- Pada ayat pertama Allah memerintahkan kaum muslimin supaya menaati Rasul-Nya Muhammad pada seluruh yang diperintahkannya dan berhenti dari seluruh yang dilarangnya. Karena beliau memerintah hanyalah berdasarkan dengan perintah Allah dan melarang berdasar larangan-Nya.
- Pada ayat kedua Allah bersumpah dengan diri-Nya yang suci bahwa sah iman seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya hingga ia mau berhukum kepada Rasul dalam perkara yang diperselisihkan antara dia dengan orang lain, kemudian ia puas keputusannya dan menerima dengan sepenuh hati. Rasul SAW bersabda :
“ |
Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada contohnya dari urusan kami maka ia tertolak. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya |
” |
Amalan yang dianggap termasuk agama namun tidak ada contohnya dari Rasul dikenal dengan istilah bid'ah.
Salat
Salat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Allah mensyariatkan dalam salat, suci badan, pakaian, dan tempat yang
digunakan untuk salat. Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air
suci dari semua barang najis seperti air kecil dan besar dalam rangka
mensucikan badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.
Salat
merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua
kalimat syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia
baligh (dewasa) hingga mati. Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga
dan anak-anaknya semenjak usia tujuh tahun dalam rangka membiasakannya.
Allah ta’ala berfirman :
- "Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (An Nisa: 103)
Salat wajib bagi seorang muslim dalam kondisi apapun hingga pada
kondisi ketakutan dan sakit. Ia menjalankan salat sesuai kemampuannya
baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring hingga sekalipun
tidak mampu kecuali sekedar dengan isyarat mata atau hatinya maka ia
boleh salat dengan isyarat. Rasul mengkhabarkan bahwa orang yang
meninggalkan salat itu bukanlah seorang muslim entah laki atau
perempuan. Ia bersabda :
- "“Perjanjian antara kami dengan mereka adalah salat. Siapa yang meninggalkannya berarti telah kafir” Hadits shohih.
Waktu salat Shubuh
dimulai dari munculnya mentari pagi di Timur dan berakhir saat terbit
matahari. Tidak boleh menunda sampai akhir waktunya. Waktu salat Dhuhur dimulai dari condongnya matahari hingga sesuatu sepanjang bayang-bayangnya. Waktu salat Ashar
dimulai setelah habisnya waktu Dhuhur hingga matahari menguning dan
tidak boleh menundanya hingga akhir waktu. Akan tetapi ditunaikan selama
matahari masih putih cerah. Waktu Maghrib
dimulai setelah terbenamnya matahari dan berakhir dengan lenyapnya
senja merah dan tidak boleh ditunda hingga akhir waktunya. Sedang waktu
salat Isya’ dimulai setelah habisnya waktu maghrib hingga akhir malam dan tidak boleh ditunda setelah itu.
Seandainya seorang muslim menunda-nunda sekali salat saja dari
ketentuan waktunya hingga keluar waktunya tanpa alasan yang dibenarkan
syariat diluar keinginannya maka ia telah melakukan dosa besar. Ia harus
bertaubat kepada Allah dan tidak mengulangi lagi.
Puasa
Sifat puasa:
- Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian menahan dari makan, minum dan jima’ (mendatangi istri) hingga terbenamnya matahari kemudian berbuka. Ia kerjakan hal itu selama hari bulan Romadhon. Dengan itu ia menghendaki ridho Allah ta’ala dan beribadah kepada-Nya.
Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Di antara yang terpenting :
- Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.
- Adapun manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak. Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas dorongan akidah dan iman.
Zakat
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an.
Nishab emas sebanyak 20 mitsqal. Nishab perak sebanyak 200 dirham
atau mata uang kertas yang senilai itu. Barang-barang dagangan dengan
segala macam jika nilainya telah mencapai nishab wajib pemiliknya
mengeluarkan zakatnya manakala telah berlalu setahun. Nishab biji-bijian
dan buah-buahan 300 sha’. Rumah siap jual dikeluarkan zakat nilainya.
Sedang rumah siap sewa saja dikeluarkan zakat upahnya. Kadar zakat pada
emas, perak dan barang-barang dagangan 2,5 % setiap tahunnya. Pada
biji-bijian dan buah-buahan 10 % dari yang diairi tanpa kesulitan
seperti yang diairi dengan air sungai, mata air yang mengalir atau
hujan. Sedang 5 % pada biji-bijian yang diairi dengan susah seperti yang
diairi dengan alat penimba air.
Di antara manfaat mengeluarkan zakat menghibur jiwa orang-orang fakir
dan menutupi kebutuhan mereka serta menguatkan ikatan cinta antara
mereka dan orang kaya
Haji
Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup. Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak terhingga :
- Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta.
- Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah. Sehingga kaum muslimin dapat bertaaruf (saling kenal) dan taawun (saling tolong menolong). Mereka sama-sama mengingat pada hari Allah membangkitkan mereka semuanya dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat untuk diadakan hisab (penghitungan amal) sehingga mereka mengadakan persiapan untuk kehidupan setelah mati dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala.
Berkata Syaikh Ibnu Baz:
Penjelasan tentang lima rukun Islam.
Yang pertama dan merupakan rukun yang paling agung, yaitu syahadat
(persaksian) bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul
Allah. Diikuti dengan penjelasan makna dan syarat-syarat
Laailahaillallah.
Makna Laailaha (tiada ilah): meniadakan
semua yang disembah selain Allah, ilallah (kecuali Allah): menetapkan
ibadah hanya untuk Allah satu-satu-Nya tiada sekutu bagi-Nya.
Syarat Laailahaillallah ialah: ilmu yang
menghilangkan kebodohan, keyakinan yang menghilangkan keraguan, ikhlas
yang menghilangkan syirik, kejujuran yang menghilangkan kebohongan,
cinta yang menghilangkan kebencian, ketaatan yang menafikan
pembangkangan, menerima yang menafikan penolakan, serta mengingkari apa
yang disembah selain Allah.
Semua syarat di atas terkumpul dalam dua bait berikut:
“Ilmu, yakni, ikhlas, kejujuran,
Bersama cinta, taat, dan menerima.
Ditambah untuk yang kedelapan dengan pengingkaranmu terhadap sesuatu yang bukan ilah dan telah dipertuhankan.”
Beserta penjelasan tentang syahadat
(persaksian) bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Tuntutannya ialah
membenarkan apa yang Beliau kabarkan, menaati apa yang beliau
perintahkan, manjauhi apa yang beliau larang, dan tidak menyembah Allah
kecuali dengan syarat (ajaran) Allah dan Rasul-Nya.
Lalu penjelasan bagi penuntut ilmu
tentang rukun-rukun yang lain dari lima rukun tadi, yaitu: shalat,
zakat, puasa di bulan Ramadhan dan berhaji ke baitil-haram bagi yang
mampu melakukannya}.
Mengenal Islam
Al-Islam berarti penyerahan diri kepada
Allah dengan bertauhid, tunduk dengan melakukan ketaatan, dan melepaskan
diri dari syirik dan kaum musyrikin. Dulu syirik merupakan akidah
bangsa Arab sebelum tampak dakwah Nabi Muhammad. Imam Bukhary
meriwayatkan dari Abu Raji’ Al-Aththaridy, ia berkata: “Dulu kami
menyembah batu, maka jika kami mendapatkan batu yang lebih baik dari
yang sebelumnya, kami membuang yang lalu dan mengambil yang baru itu,
sedangkan jika kami tidak mendapatkan batu maka kami mengumpilkan
gumpalan tanah lalu kami mengambil seekor kambing yang kami perah
susunya untuk tanah itu kemudian kami melakukan tawaf padanya.”
Adapun keadaan ummat (bangsa) lain
secara umum sebelum tampak dakwah Nabi, maka Al-Quran telah
menjelaskannya di dalam banyak ayat, di antaranya:
Firman Allah:
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ
“Dan mereka menyembah selain Allah apa
yang tidak memudhoratkan dan tidak pula memberikan mereka manfaat, serta
mereka berkata: ‘Merekalah (berhala-berhala) para pemberi syafa’at bagi
kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus: 18)
Dan firman Allah:
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ
“Dan orang-orang yang mengambil selain
Allah sebagai perlindungan, (mereka berkata:) ‘Kami tidak menyembah
mereka selain agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya’.” (QS. Az-Zumar:3)
Dan firman Allah:
إِنَّا
جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ,
وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا
وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا ۗ قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ
بِالْفَحْشَاءِ ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan
setan-setan sebagai pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak
beriman. Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji (syirik, tawaf
telanjang disekeliling ka’bah dan sebagainya), mereka berkata: ‘Kami
mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu dan Allah
menyuruh kami melakukannya’. Katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah tidak
memerintahkan kekejian, mengapa kalian mengada-adakan terhadap Allah apa
yang kalian tidak ketahui?’(QS. Al-A’raf: 27-28)
إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ
“Sesungguhnya mereka mengambil
setan-setan sebagai pemimpin selain Allah dan mereka menyangka merekalah
orang-orang yang terpetunjuk.” (QS. Al-A’raf: 30)
Dan firman Allah:
وَجَعَلُوا
لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا
هَٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَٰذَا لِشُرَكَائِنَا ۖ فَمَا كَانَ
لِشُرَكَائِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ
يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَائِهِمْ ۗ سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah
satu bahagian dari tanaman dan ternak yang diciptakan Allah, lalu mereka
berkata sesuai dengan persangkaan mereka: ‘Ini untuk Allah dan ini
untuk berhala-berhala kami.’ Lalu sesajian yang diperuntukkan bagi
berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah, sedangkan sesajian
yang diperuntukkan bagi Allah sampai kepada berhala-berhala mereka.
Amat buruklah ketetapan mereka itu.” (QS. Al-An’am: 136)
Hadits-hadits shahih dari Rasulullah,
apa yang disebutkan oleh para penulis sirah (riwayat) Nabi, sejarawan,
dan orang-orang yang terpercaya pengetahuannya tentang keadaan umat-umat
(bangsa-bangsa) menunjukkan bahwa penduduk bumi sebelum Nabi diutus,
menganut kesyirikan yang beragam, di antara mereka ada yang menyembah
berhala, ada yang menyembah orang-orang yang sudah mati, ada yang
menyembah matahari, bulan, bintang-bintang dan sebagainya.
Setelah itu Rasulullah mendakwahi mereka
untuk menyembah hanya kepada Allah dan meninggalkan kebathilan yang
tadinya mereka dan nenek moyang mereka menyembah kepadanya, sebagaimana
firman Allah:
قُلْ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ
الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Katakanlah: ‘Hai manusia sesungguhnya
aku adal;ah utusan Allah kepada kalian semua, yaitu Allah Yang memiliki
kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang menghidupkan
dan mematikan, maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya
seoorang Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimatNya
dan ikutilah dia, agar kalian mendapat petunjuk.” QS. Al-A’raf: 158)
Allah berfirman:
الر
ۚ كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ
“Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang
kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan
kepada cahaya dengan izin Tuhan mereka kepada jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1)
Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا
وَنَذِيرًا () وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا
“Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu
sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pembawa peringatan. Serta
sebagai penyeru kepada Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya
yang menerangi.” (QS. Al-Ahzab: 45-46)
Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“padahal mereka tidaklah diperintahkan
kecuali agar beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan pada-Nya
dalam agama dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai manusia sembahlah Tuhan kalian
yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian semoga
kalian bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)
Firman Allah:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
“Dan Tuhanmu menetapkan agar kalian tidak menyembah selain kepada-Nya…” (QS. Al-Isra’: 23)
Allah telah menjelaskan dalam banyak
ayat bahwa kaum musyrikin walau dengan kesyirikan dan kekafirannya,
mereka tetap mengakui bahwa Allah adalah Pencipta dan Pemberi rizekibagi
mereka. Sedangkan ibadah mereka kepada selain-Nya hanyalah sebagai
wasilah (perantara) antara mereka dengan Allah, sebagaimana pada firman
Allah yang lalu:
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ
“Dan mereka menyembah selain Allah apa
yang tidak memudharatkan dan tidak pula memberikan mereka manfaat, serta
mereka berkata: ‘Merekalah (berhala-berhala) para pemberi syafa’at bagi
kami di sisi Allah’.” (QS. Yunus:18)
Dan ayat-ayat lain yang semakna, di antaranya firman Allah:
قُلْ
مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ
وَالْأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ
الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ
اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi
kalian rizeki dari langit dan bumi atau Siapakah yang mnguasai
pendengaran dan penglihatan, Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari
yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, serta Siapakah
yang mengatur segala urusan ? maka mereka akan menjawab: ‘Allah’. Maka
katakanlah: ‘Maka tidaklah kalian (mau) bertaqwa?!.” (QS. Yunus: 31)
Dan firman-Nya:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۖ فَأَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Dan sungguh jika kamu tanyakan mereka
siapa yang menciptakan mereka, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’,
maka mengapa mereka dapat dipalingkan (dari hanya menyembah Allah).”
(QS. Az-Zukhruf: 87)
Rukun Pertama dari Rukun-Rukun Islam
Syahadat:
Persaksian bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul utusan Allah.
Pembahasan Laa ilaaha illallah:
a. Makna Syahadat
b. Kedudukan
c. Keutamaannya
d. Rukun-rukun syahadatain
e. Syarat-syarat
f. Bekas-bekasnya
Pembahasan
sesungguhnya kalimat tauhid yang agung
mengandung makna-makna yang agung dan mulia dan tidak akan ada seorang
hamba yang sanggup mengamalkan tuntutan kalimat itu kecuali setelah ia
memahami makna-makna tersebut dan menguasainya. Hal itu agar dia
mengamalkan kalimat Laa ilaaha illallah atas dasar ilmu dab hujjah yang
nyata. Kalimat tauhid ini disebutkan lebih dari tiga puluh kali dalam
Kitab Allah.
a. Makna Syahadat Laa ilaha illallah
syahadat menurut bahasa: pemberitahuan tentang apa yang diketahui dan diyakini kebenarannya dengan pasti.
Syahadat menurut syariat: pengakuan,
pembenaran, dan keyakinan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah tiada sekutu bagi-Nya. Jadi, makna laa ilaaha illallaah ialah
keyakinan dan pengakuan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah lalu berkomitmen dengannya dan mengamalkan tuntunannnya. Maka
beribadah hanya kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya itulah makna
laa ilaaha illallaah. Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ
“Ilmuilah, bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS. Muhammad: 19)
Maksudnya, ketahuilah bahwa Dia berhak
untuk disembah, tidak ada penyembahan untuk selain-Nya, sebab Dialah
satu-satunya yang berhak untuk disembah dan Dialah Rabb yang sebenarnya
yang tiadalah pantas melakukan ibadah kepada selain-Nya.
Hadits-hadits shahih dan ijma’ umat
menunjukkan bahwa dua kalimat syahadat (laa ilaaha illallah wa anna
Muhammadan Rasulullah) merupakan rukun islam yang pertama, di atasnya
didirikan amalan dan tidak diterima suatu amalan dan tidak diterima
suatu amal tanpa keduanya. Para imam ahli hadits meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Islam didirikan atas lima (rukun):
Syahadat bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, serta haji bagi
yang mampu melakukannya.”
Jika kita perhatikan lima rukun islam
ini, maka kita akan mendapatkan bahwa setiap rukun berhubungan erat
dengan sendi-sendi yang penting bagi manusia, dan setiap rukun mempunyai
keistimewaan yang kesemuanya membentuk tiang kuat bagi bangunan Islam
sebagai tujuan orang beriman.
- Kalimat syahadat, ia sangat menarik hati dan tampak bekasnya pada anggota tubuh, shalat berhubungan dengan seluruh anggota tubuh ditambah lagi bahwa ia penghubung yang kuat antara hamba dan Penciptannya.
- Pembayaran zakat dari orang kaya kepada faqir miskin yang berfungsi mempererat hubungan dengan sesama manusia.
- Disyariatkan puasa untuk mensucikan serta membuat ruh dan jiwa berkilau. Manusia tersusun dari ruh dan jasmani serta kesucian dan syahwat. Jika manusia hanya memperhatikan jasmaninya lalu tidak memperdulikan ruhnya maka akan membuatnya jauh dari Allah.
- Setelah hati penuh dengan iman (syahadatain), anggota tubuh takut kepada Allah (shalat), dan diletakkan harta pada tempat yang diinginkan Allah (zakat).
- Maka datang fungsi penguat hubungan internasional antara dunia islam melalui muktamar Islam terbesar, yaitu haji yang manusia mendatanginya dari segala penjuru yang jauh.
Bisa juga dikatakan bahwa kalimat
Syahadat adalah ujian bagi hati, shalat ujian bagi anggota tubuh dan
sejauh mana kemampuan hamba untuk mengatur diri dan waktunya, zakat
ujian manusia dalam urusan hartanya, puasa ujian tentang sejauh mana
kemampuannya untuk meninggalkan syahwat demi Penciptanya, dan haji ujian
tentang sejauh mana kemampuannya untuk memikul beban berat dan
kelelahan perjalanan di atas jalan Allah.
b. Kedudukan Laa ilaaha illallah
Laa ilaaha illallah adalah kalimat yang
dikumandangkanoleh kaum muslimin dalam adzan, iqamah, khutbah, dan
pembicaraan mereka. Karena kalimat ini: bumi dan langit ditegakkan,
semua makhluk diciptakan, Allah mengutus rasul-rasul-Nya, menurunkan
kitab-kitab-Nya, menetapkan syari’at-Nya, ditegakkan timbangan dengan
adil, diletakkan kitab kumpulan hukum, berdiri pasar surga dan neraka,
dan karenanya makhluk terbagi menjadi dua; mukmin dan kafir.
Tauhid ialah asas penciptaan, perintah,
balasan pahala, dan siksaan. Dialah kebenaran yang diciptakan untuk dan
dari para makhluk. Dari hak-haknya timbul pertanyaan ddan perhitungan
(di akherat), sebabnya terjadi pahala dan siksaan, atasnya ditegakkan
kiblat dan agama, karenanya dilepaskan pedang jihad dari sarungnya.
Tauhid merupakan hak Allah atas semua
hamba, dia kalimat islam, kunci Darussalam (surga), tentangnya akan
ditanyakan orang-orang yang pertama dan terakhir, maka takkan tetap
kedua kaki hamba di hadapan Allah hingga ditanya tentang dua masalah:
Siapa yang dulu kalian sembah? Apa tanggapanmu terhadap para rasul?
Jawaban soal pertama ialah dengan merealisasikan Laa ilaaha illallah
(Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah) dengan pengetahuan,
ikrar, dan amal, sedangkan jawaban bagi soal kedua ialah dengan
merealisasikan Anna Muhammadar Rasulullah (Sesungguhnya Muhammad adalah
utusan Allah) dengan pengetahuan, tunduk, dan taat.
Kalimat ini, pemisah antara kekafiran
dan islam, dialah kalimat taqwa, tali pegangan yang sangat kuat, dan
kalimat yang Nabi Ibrahim menjadikannya sebagai kalimat yang kekal
(wasiat) buat keturunannya, sebagaimana firman Allah:
وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid
itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada
kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf: 28)
Tauhid inilah yang Allah persaksikan untuk diri-Nya, juga turut mempersaksikannya para malaikat dan ulama, Allah berfirman:
شَهِدَ
اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو
الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ
“Allah bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang
berhak disembah) selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
ahli ilmu (juga bersaksi dengan demikian itu). Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.
Ali Imran: 18)
c. Keutamaan Laa ilaaha illallah
Kalimat tauhid memiliki keutamaan yang
agung dan kedudukan yang tinggi, barangsiapa yang mengucapkannya dengan
sebenarnya maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, barangsiapa
yang mengatakannya secara dusta maka terpelihara darah dan hartanya di
dunia namun di akherat perhitungannya di sisi Allah dan terhukum sebagai
orang munafiq.
Kalimat ini mempunyai keutamaan yang
sangat banyak. Al-Hafidz Ibnu Rajab menyebutkan beberapa keutamaan itu
di dalam kitabnya Kalimatul Ikhlas, diantaranya: ia merupakan bayaran
surga, barangsiapa yang akhir ucapannya Laa ilaaha illallah maka dia
akan masuk surga, ia keselamatan dari neraka, menyebabkan ampunan,
sebaik-baik kebaikan, penghapus dosa-dosa, kalimat ini merobek hijab
hingga ia sampai kepada Allah, ia kalimat yang Allah benarkan orang yang
mengucapkannya, ia ucapan terbaik dari para nabi, sebaik-baik dzikir,
amalan paling utama dan paling dilipat-gandakan, membandingi pahala
memerdekakan budak, penjaga dari setan, mengamankan dari ketakutan
padang mahsyar, syiar kaum mukmin tatkala bangkit keluar dari kuburnya.
Di antara keutamaannya, ia membuka
delapan pintu surga untuk orang yang mengucapkannya hingga ia masuk dari
mana yang ia sukai, orang yang memilikinya walau masuk neraka sebab
kelalaiannya dalam melaksanakan hak-hak kalimat tauhid tapi mereka akan
keluar daripadanya.
Inilah inti-inti keutamaan yang
disebutkan Ibnu Rajab dalam kitabnya Kalimatul Ikhlas halaman 54-66, dan
beliau mengemukakan dalil untuk masing-masingnya.
Sumber: Internet
0 comments:
Post a Comment