Bagian Pertama: Syafaat dalam Bahasa, Al Quran, dan Sunnah
Pertama: Syafaat dalam Bahasa dan Istilah
Dalam Bahasa
Arab, شفع berarti menggabungkan sesuatu dengan
sesuatu lain yang sejenisnya agar menjadi sepasang. Syafaat, yang diambil dari
kata syafa‘a ini, dalam istilah berarti memohonkan ampunan untuk
dosa yang telah diperbuat. Syafaat juga berarti permohonan ampun oleh seseorang
yang memiliki hak syafaat untuk orang yang berhak mendapatkannya. Jadi, syafaat
Nabi SAWW atau manusia-manusia suci lainnya untuk sekelompok umat berarti doa,
permohonan ampun, atau juga permintaan atas sebuah hajat ke hadirat Allah SWT
untuk umat yang menerima syafaat. Ringkasnya, makna syafaat tidak jauh berbeda
dari doa.
Kedua: Syafaat dalam Al Quran Al-Karim
Dalam kitab
suci Al Quran Al-Karim, kata syafaat dipergunakan untuk menunjukkan beberapa
arti yang berlainan. Jumlah seluruh ayat yang secara langsung menyebut masalah
syafaat ini adalah 25 ayat yang tersebar di delapan belas surat
Al Quran. Semua ayat tadi menunjukkan arti permohonan ampun atas dosa-dosa
seperti yang disebutkan dalam arti istilah syafaat yang pertama dan tidak
mengacu pada permohonan akan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.
Tema syafaat dalam Al Quran Al-Karim dapat kita bagi ke dalam dua
permasalahan, yaitu sebagai berikut.
Pertama,
permasalahan mengenai pemberi syafaat.
Kedua,
permasalahan mengenai kelompok yang berhak menerima syafaat dan mereka yang
tidak berhak mendapatkannya.
Perlu dicatat, ketika Al Quran menjelaskan sebuah kriteria tertentu,
berarti ia menerangkan sebuah sifat tertentu yang dimiliki oleh sekelompok
orang pada kehidupan mereka di dunia.
Selain kedua permasalahan di atas, sebagian orang berpendapat bahwa ada
permasalahan ketiga dalam Al Quran mengenai syafaat, yaitu bahwa Al Quran
menafikan adanya syafaat sama sekali.
Menurut kami, dalam kitab suci Al Quran tidak ada satu ayat pun yang
menunjukkan penafian syafaat secara mutlak. Penafian yang ada hanya menunjuk
kepada sekelompok orang yang disebut oleh Allah SWT sebagai kelompok yang
memiliki sifat kekafiran. Sifat inilah yang menyebabkan mereka tidak berhak
mendapatkan syafaat. Dengan kata lain, syafaat yang dinafikan oleh Al Quran
adalah yang berhubungan dengan kaum kafir.
Di saat Al Quran menafikan syafaat bagi sekelompok orang dengan kriteria
tertentu, pada saat yang sama, ia menegaskan realitas syafaat bagi kelompok
yang menyandang gelar kaum mukminin.
Coba kita simak ayat di bawah ini.
وذر الّذين
اتّخذوا دينهم لعبا ولهوا وغرّتهم الحياة الدّنيا وذكّر به أن تبسل نفس بما كسبت
ليس لها من دون الله وليّ ولا شفيع وإن
تعدل كلّ عدل لا يؤخذ منها ...
Artinya: Dan tinggalkanlah
orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau
sedangkan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Ingatkanlah mereka dengan
Al Quran agar mereka tidak terjerumus ke dalam api neraka karena perbuatan
mereka sendiri. Tidak ada pelindung dan pemberi syafaat baginya selain dari
Allah. Dan jika mereka hendak menebus kesalahan dengan harga apa pun maka tebusan itu tidak akan diterima….[1]
Kita bisa
saksikan bahwa ayat ini mengecualikan syafaat bagi orang-orang yang menjadikan
agama mereka sebagai permainan dan senda gurau dan bagi mereka yang telah
ditipu oleh kehidupan dunia.
Lihat juga
ayat berikut ini.
يا
أيّها الّذين آمنوا أنفقوا ممّا رزقناكم من قبل أن يأتي يوم لا بيع فيه ولا خلّة
ولا شفاعة والكافرون هم الظّالمون
Artinya: Wahai orang-orang
yang beriman, belanjakanlah di jalan Allah sebagian dari rezeki yang telah Kami
anugerahkan kepada kalian sebelum datangnya hari yang pada hari itu tidak ada
lagi jual beli, persahabatan, dan syafaat. Sedangkan kaum kafir, mereka adalah
orang-orang yang zalim.[2]
Meskipun ayat
ini diawali dengan panggilan kepada kaum mukminin, tetapi itu tidak berarti
bahwa ayat ini menafikan syafaat sama sekali. Akhir ayat yang menyebutkan bahwa
kaum kafir adalah orang-orang yang zalim menunjukkan bahwa ayat ini menafikan
syafaat bagi mereka. Jadi, ayat ini menganjurkan kepada kaum mukminin untuk
menginfakkan sebagian dari harta mereka di jalan Allah SWT seraya
memperingatkan mereka bahwa keengganan berinfak di jalan Allah sama dengan
kekufuran. Dengan demikian, orang yang tidak mau berinfak termasuk kelompok
kaum kafir dan tidak berhak mendapatkan syafaat di hari kiamat kelak.
Demikianlah Allamah Thabathaba’i menafsirkan ayat di atas.[3]
Perlu kami
jelaskan di sini, ayat ini adalah salah
satu argumen yang sering digunakan untuk menafikan syafaat. Menurut kami,
bergumen dengan ayat ini benar jika saja ayat tersebut tidak diakhiri dengan
kalimat,
والكافرون هم الظّالمون
Artinya: Dan kaum kafir adalah
orang-orang yang zalim.
Kalimat
terakhir ini berarti bahwa mereka yang tidak menginfakkan sebagian dari harta
mereka di jalan Allah tidak akan menerima syafaat karena mereka masuk ke dalam
kelompok kaum kafir, sebagaimana yang telah disinggung di atas.
Dari sinilah
kita katakan bahwa Al Quran Al-Karim tidak pernah menafikan syafaat secara
mutlak. Penafian yang kita dapatkan adalah berkenaan dengan syafaat bagi
sekelompok umat manusia yang memiliki kriteria tertentu, yang jika kriteria itu
hilang maka hilanglah penafian tersebut.
Sebaliknya,
banyak sekali kita temukan ayat-ayat suci Al Quran yang menunjukkan adanya
syafaat, seperti ayat di bawah ini,
هل ينظرون إلاّ تأويله يوم
يأتي تأويله يقول الذين نسوه من قبل قد جاءت رسل ربّنا بالحقّ فهل لنا من شفعاء
فيشفعوا لنا أو نردّ فنعمل غير الّذي كنّا نعمل قد خسروا أنفسهم وضلّ عنهم ما
كانوا يفترون
Artinya: Tiadalah mereka
menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Quran itu. Pada hari
datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran, berkatalah orang-orang yang sebelum
itu telah melupakannya, “Sesungguhnya telah datang utusan-utusan Tuhan kami
dengan membawa kebenaran. Adakah pemberi syafaat bagi kami atau dapatkah kami
kembali (ke dunia) sehingga kami dapat melakukan perbuatan yang lain dari apa
yang pernah kami perbuat?” Sesungguhnya mereka telah merugikan diri sendiri dan
lenyaplah tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan.[4]
Ayat ini menceritakan tentang keadaan yang dialami
oleh mereka yang telah mendustakan Allah. Pada hari kiamat, mereka tidak
mendapatkan syafaat karena mereka adalah orang-orang telah merugikan diri
sendiri. Artinya, pada saat yang sama, ayat ini menjelaskan akan adanya syafaat
yang tidak bakal mereka terima.
Allah SWT
berfirman,
لا
يملكون الشّفاعة إلاّ من اتّخذ عند الرحمن عهدا
Artinya: Tidak
ada orang yang mendapatkan syafaat kecuali mereka yang telah mengadakan
perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.[5]
Pada ayat lain,
Allah berfirman,
يومئذ
لا تنفع الشّفاعة إلاّ من أذن له الرّحمن ورضي له قولا
Artinya: Di hari itu,
syafaat tidak akan berguna kecuali bagi orang yang telah diberi izin oleh Allah
dan diridhai perkataannya.[6]
Simak pula ayat
berikut ini.
ولا
يملك الّذين يدعون من دونه الشّفاعة إلاّ من شهد بالحقّ وهم يعلمون
Artinya: Dan sesembahan
yang mereka sembah tidak dapat memberi syafaat. Akan tetapi (yang dapat memberi
syafaat adalah) orang yang menyaksikan kebenaran dan mereka yang mengetahuinya.[7]
Semua ayat di
atas (dan masih banyak ayat lainnya) menunjukkan akan adanya syafaat di hari
kiamat nanti. Hanya saja, pemberi syafaat haruslah memiliki beberapa kriteria
seperti,
من
اتّخذ عند الرحمن عهدا
Mereka yang telah mengadakan
perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.
من
أذن له الرّحمن
Orang yang telah diberi izin
oleh Allah.
من
شهد بالحقّ وهم يعلمون
Orang yang menyaksikan
kebenaran dan mereka yang mengetahuinya.
Mereka yang
memiliki tiga sifat tersebut adalah hamba-hamba Allah yang berhasil mendapatkan
kedudukan yang tinggi di sisi-Nya sehingga bisa memberi syafaat kepada
orang-orang yang mereka kehendaki, tentunya setelah mendapat izin dari Allah
SWT.
Kesimpulan
dari seluruh pembahasan di atas adalah bahwa syafaat merupakan fakta yang
benar-benar ada di hari kiamat nanti. Hanya saja, baik pemberi syafaat maupun
yang menerimanya haruslah memiliki kriteria-kriteria tertentu dan syafaat ini
tidak akan didapatkan oleh sebagian orang.
Untuk lebih
jelasnya, kami anjurkan pembaca yang budiman untuk menelaah ayat-ayat yang
berkenaan dengan hal ini, yang nantinya juga akan kami singgung pada
pembasahan-pembahasan yang akan datang. Ayat-ayat tersebut adalah:
Surat
Al-Baqarah ayat 48, 123, 254, dan 255, Surat Al-Nisa’ ayat 85, Surat Al-A’raf
ayat 53, Surat Al-Anbiya’ ayat 28, Surat Al-Syu’ara’ ayat 100, Surat
Al-Muddatstsir ayat 48, Surat Al-An’am 5 ayat 1, 70, dan 94, Surat Yunus ayat 3
dan 18, Surat Maryam ayat 87, Surat Thaha ayat 109, Surat Saba’ ayat 23, Surat
Al-Zumar ayat 43 dan 44, Surat Al-Zukhruf ayat 86, Surat Yasin ayat 23, Surat
Al-Najm ayat 26, Surat Al-Fajr ayat 3, Surat Ghafir ayat 18, dan Surat Al-Rum ayat 13.
Ayat-ayat tentang Orang yang Tidak Memperoleh Syafaat
Telah kami
jelaskan bahwa di dalam kitab suci Al Quran, tidak ada satu ayat pun yang
menafikan syafaat secara mutlak. Bahkan sebaliknya, banyak ayat suci Al Quran
yang menjelaskan tentang syafaat. Sedangkan orang-orang yang tidak berhak
mendapatkan syafaat adalah kaum kafir dengan segala macam bentuk kekafi-rannya.
Bentuk-bentuk
kekafiran yang menjadi penghalang bagi seseorang untuk mendapatkan syafaat
telah diterangkan di dalam Al Quran. Al Quran menyebut kaum kafir dengan sifat
yang bermacam-macam, di antaranya sebagai berikut.
الّذين نسوه
من قبل
(Orang
kafir adalah) mereka yang sebelum ini melalaikannya (melalaikan hari kiamat).
المكذّبون
بيوم الدّين
(Orang kafir adalah)
orang-orang yang mendustakan hari kiamat.
Masih ada sebutan-sebutan lain
yang semuanya mengandung arti kekufuran mereka terhadap nikmat yang telah Allah
berikan.
Orang-orang yang
tidak akan menerima syafaat dikelompokkan ke dalam beberapa golongan
sebagaimana yang diterangkan oleh ayat-ayat Al Quran sebagai berikut.
1. Kufur Nikmat
يا
أيّها الّذين آمنوا أنفقوا ممّا رزقناكم من قبل أن يأتي يوم لا بيع فيه ولا خلّة
ولا شفاعة والكافرون هم الظّالمون
Artinya: Wahai orang-orang
yang beriman, belanjakanlah di jalan Allah sebagian dari rezeki yang telah Kami
anugerahkan kepada kalian sebelum datangnya hari yang pada hari itu tidak ada
lagi jual beli, persahabatan dan syafaat. Sedangkan kaum kafir, mereka adalah
orang-orang yang zalim.[8]
Keengganan dalam mengeluarkan
sebagian harta pemberian Allah merupakan salah satu perwujudan sikap kekafiran
dan kezaliman seseorang. Jika akhir ayat ini kita hubungkan dengan awalnya maka
makna yang dapat kita petik darinya adalah bahwa mereka yang tidak menafkahkan
sebagian hartanya di jalan Allah termasuk dari kelompok kaum kafir yang sudah
tentu tidak akan menerima syafaat di hari kiamat nanti.
2. Pengikut Setan
Allah SWT berfirman,
هل
ينظرون إلاّ تأويله يوم يأتي تأويله يقول الذين نسوه من قبل قد جاءت رسل ربّنا
بالحقّ فهل لنا من شفعاء فيشفعوا لنا أو نردّ فنعمل غير الّذي كنّا نعمل قد خسروا
أنفسهم وضلّ عنهم ما كانوا يفترون
Artinya: Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali
(terlaksananya kebenaran) Al Quran itu. Pada hari datangnya kebenaran
pemberitaan Al Quran, berkatalah orang-orang yang sebelum itu telah
melupakannya, “Sesungguhnya telah datang utusan-utusan Tuhan kami dengan
membawa kebenaran. Adakah pemberi syafaat bagi kami atau dapatkah kami kembali
(ke dunia) sehingga kami dapat melakukan perbuatan yang lain dari apa yang
pernah kami perbuat?” Sungguh mereka telah merugikan diri sendiri dan lenyaplah
tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan.[9]
فكبكبوا
فيها هم والغاوون , و جنود إبليس أجمعون , قالوا وهم فيها يختصمون , تالله إن كنّا
لفي ضلال مبين , إذ نسوّيكم بربّ العالمين , وما أضلّنا إلاّ المجرمون , فما لنا
من شافعين , ولا صديق حميم .
Artinya: Maka mereka
(sesembahan-sesembahan) itu dijungkirkan ke dalam neraka bersama orang-orang
yang sesat dan seluruh bala tentara Iblis. Mereka berkata ketika sedang
bertengkar di dalam neraka, “Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam
kesesatan yang nyata karena kita telah mempersamakan kalian dengan Tuhan
semesta alam. Tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang pendosa.
Kini tidak ada seorang pun yang dapat memberi syafaat kepada kami, dan kami
juga tidak lagi memiliki teman yang akrab...”[10]
Kedua ayat
suci di atas menjelaskan bahwa mereka yang melalaikan agamanya dan memilih
untuk menjadi pengikut setan serta tenggelam di dalam lumpur kedurjanaan, tidak
akan mendapatkan syafaat di hari akhir nanti.
3. Pendusta Hari Kebangkitan
Ayat berikut
ini menceritakan bahwa orang-orang yang mendustakan hari kebangkitan serta
mengingkari hari kiamat dan hari penghitungan tidak akan menerima syafaat.
… وكنّا نكذّب بيوم الدّين , حتى أتانا اليقين , فما تنفعهم
شفاعة الشّافعين
Artinya: "…dan kami telah
mendustakan hari pembalasan hingga maut datang menjemput kami." Maka (saat
itulah) syafaat para pemberi syafaat tidak berguna lagi untuk mereka. [11]
4. Orang yang Mempermainkan Agama
Allah SWT dalam sebuah ayat menjelaskan tentang nasib orang-orang yang
menjadikan agama sebagai sasaran olok-olok dan main-main di hari kiamat nanti.
Ayat tersebut adalah,
وذر الّذين اتّخذوا دينهم
لعبا ولهوا وغرّتهم الحياة الدّنيا وذكّر به أن تبسل نفس بما كسبت ليس لها من دون
الله وليّ ولا شفيع وإن تعدل كلّ عدل لا يؤخذ منها أولئك الّذين أبسلوا بما كسبوا
لهم شراب من حميم و عذاب أليم بما كانوا يكفرون
Artinya: Tinggalkanlah
orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai sasaran olok-olok dan senda
gurau dan mereka yang telah ditipu oleh kehidupan dunia.
Ingatkanlah mereka dengan Al Quran agar mereka tidak terjerumus ke dalam api
neraka karena perbuatan mereka sendiri. Tidak ada pelindung dan pemberi syafaat
bagi mereka selain dari Allah. Jika mereka hendak menebus kesalahan dengan
harga apa pun maka tebusan itu tidak akan diterima. Mereka itulah orang-orang
yang dijerumuskan ke dalam neraka karena perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka
telah tersedia minuman dari air yang mendidih dan azab yang sangat pedih
disebabkan oleh kekafiran mereka dahulu. [12]
5. Kaum Zalim
Allah SWT
berfirman,
وأنذرهم
يوم الأزفة إذ القلوب لدى الحناجر كاظمين ما للظّالمين من حميم ولا شفيع يطاع ..
Artinya: Peringatkanlah mereka
tentang hari yang dekat itu (hari kiamat). Ketika itu, hati (menyesak) sampai
di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak memiliki
teman setia seorang pun dan tidak ada
pula orang yang dapat memberi syafaat kepada mereka.[13]
6. Penyekutu Allah
Dalam banyak ayatnya, Al Quran Al-Karim dengan
sangat jelas menyebut bahwa kaum musyrik --mereka yang menyekutukan Allah--
tidak akan mendapat syafaat di hari kiamat. Pada saat yang sama semua
sesembahan mereka selain Allah tidak dapat memberikan bantuan apapun kepada
mereka. Allah SWT berfirman,
ويعبدون
من دون الله مالا يضرّهم ولا ينفعهم و يقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله قل أتنبئون
الله بما لا يعلم في السّموات ولا في الأرض سبحانه وتعالى عمّا يشركون
Artinya: Dan mereka menyembah
selain Allah apa-apa yang tidak dapat mendatangkan petaka bagi mereka dan tidak
pula memberikan manfaat, dan mereka berkata, “Mereka inilah yang akan memberi
syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, “Apakah kalian memberitahu
Allah sesuatu yang tidak dikenal oleh-Nya baik di langit maupun di bumi?” Mahasuci
Allah dari apa-apa yang mereka persekutukan. [14]
ولم
يكن لهم من شركائهم شفعاء وكانوا بشركائهم كافرين ..
Artinya: Dan tidak ada di
antara sesembahan itu yang dapat memberi syafaat kepada mereka, dan mereka
mengingkari persekutuan itu. [15]
… وما
نرى معكم شفاءكم الذين زعمتم أنّهم فيكم شركاء لقد تقطّع بينكم وضلّ عنكم ما كنتم
تزعمون
Artinya: …dan
Kami tidak melihat adanya pemberi syafaat bagi kalian dari
sesembahan-sesembahan ini yang telah kalian jadikan sebagai sekutu (Allah).
Sungguh telah terputuslah (hubungan) di antara kalian dan lenyaplah apa kalian
dakwakan sebelum ini. [16]
أم اتّخذوا من دون الله شفعاء
قل أو لو كانوا لا يملكون شيئا ولا يعقلون
Artinya: Bahkan
mereka memilih pemberi syafaat selain dari Allah. Katakanlah, “Apakah hal ini
kalian lakukan padahal mereka tidak memiliki apapun dan tidak berakal?” [17]
ءأتخذ من دونه آلهة إن يردن
الرّحمن بضرّ لا تغن عنّي شفاعتهم شيئا ولا ينقذون
Artinya: Mengapa aku mesti
memilih tuhan-tuhan lain selain Dia.
Jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghen-daki suatu petaka bagiku, niscaya
mereka tidak akan dapat memberiku syafaat dan mereka tidak dapat
menyelamatkanku.[18]
Jika kita memperhatikan makna
dari masing-masing ayat mengenai orang-orang kafir di atas, kita akan dapat
menyimpulkan bahwa pertama, ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa segala hal yang
mereka sekutukan dengan Allah, baik berhala maupun yang lainnya, tidak dapat
memberikan syafaat untuk mereka, ketika harus masuk ke dalam api neraka karena
kemusyrikan mereka. Kedua, ayat-ayat tadi juga menjelaskan bahwa kaum kafir
tidak akan mendapat syafaat dari para pemberi syafaat --seperti Nabi dan
manusia-manusia suci lainnya-- karena mereka memang tidak berhak untuk
memperoleh ampunan.
Dari sini jelaslah, bahwa
syafaat adalah pertolongan di hari kiamat yang tidak akan didapatkan oleh
mereka yang masuk di dalam kategori kaum kafir dengan berbagai macam bentuknya.
Semua ayat yang kami sebutkan
tadi, meskipun menafikan adanya syafaat untuk sekelompok umat manusia dengan
kriteria-kriteria tertentu, namun tidak menafikannya secara mutlak, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ketiga: Syafaat dalam Hadis Suci
Berbeda
dengan banyak permasalahan lainnya dalam ilmu kalam, syafaat merupakan
satu permasalahan yang dengan jelas telah disebutkan dalam ayat-ayat suci
Al Quran Al-Karim dan hadis suci yang telah disabdakan oleh Nabi SAWW dan para
Imam Ma’sum Ahlul Bait a.s. Di bawah ini kami nukilkan beberapa hadis berkenaan
dengan masalah syafaat ini.
1. Jabir bin Abdillah Al-Anshari r.a. berkata bahwa
Rasulullah SAWW bersabda,
أُعطيتُ
خمسا لم يعطهنّ أحد قبلي .. و أعطيت الشّفاعة ولم يعط نبي قبلي ..
Artinya: Allah
SWT telah memberi lima
hal yang tidak Dia berikan kepada selainku…Aku dianugerahi hak untuk memberikan
syafaat padahal tidak ada seorang nabi pun selainku yang mendapatkan hak ini…
[19]
2. Rasulullah SAWW bersabda,
.. فمن سأل لي الوسيلة
حلّت له الشّفاعة
Artinya: …Jika seseorang
memohonkan wasilah untukku, maka ia akan mendapatkan syafaat. [20]
3. Dalam
hadis yang lain beliau SAWW bersabda,
... إنّما شفاعتي لأهل
الكبائر من أمّتي
Artinya: …Syafaatku akan kuberikan kepada umatku yang
melakukan dosa besar. [21]
4. Beliau SAWW juga bersabda,
...
اشفعوا تشفّعوا و يقضي الله عزّ وجلّ على لسان نبيّه ما شاء
Artinya: …Mintalah
syafaat, niscaya kalian akan mendapatkannya dan Allah SWT akan mengabulkan
semua permintaan Nabi-Nya. [22]
5. Anas bin Malik meriwayatkan, bahwa Nabi SAWW bersabda,
أنا أوّل شفيع
في الجنّة ...
Artinya: Aku adalah orang pertama yang memberi syafaat
di surga…[23]
6. Ka’ab Al-Ahbar membawakan hadis yang sama dengan
riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah Muhammad SAWW bersabda,
لكلّ نبي دعوة
يدعوها فأريد أن أختبئ دعوتي شفاعة لأمّتي يوم القيامة
Artinya: Semua nabi memiliki doa yang dikabulkan oleh
Allah dan aku menyimpan doa ini sebagai syafaat untuk umatku di hari kiamat.[24]
7. Abu Nadhrah berkata, “Suatu hari Ibnu Abbas r.a.
berkhotbah di mimbar masjid kota Bashrah. Ia berkata bahwa
Rasulullah SAWW pernah bersabda,
إنّه
لم يكن نبي إلاّ له دعوة قد تنجزها في الدّنيا وإنّي قد اختبأت دعوتي شفاعة لأمتي
وأنا سيّد ولد آدم يوم القيامة ولا فخر ... فيقال ارفع رأسك وقل تُسمع وسل تُعط
واشفع تشفّع ، قال صلى الله عليه وآله وسلّم :
فارفع
رأسي فأقول أي ربي أمتي أمتي فيقال لي أخرج من النّار من كان في قلبه كذا وكذا
فأخرجهم
Artinya: Semua nabi mempunyai sebuah doa mustajab di
dunia. Namun aku menyimpannya untuk hari kiamat kelak sebagai syafaat bagi
umatku. Tanpa menyombongkan diri, aku adalah penghulu seluruh anak cucu
Adam…(di hari kiamat kelak) aku akan mendengar suara yang mengatakan,
“Angkatlah kepalamu. Katakan sesuatu pasti kata-katamu akan didengar. Mintalah
sesuatu, pasti permintaanmu akan terkabul dan berilah syafaat niscaya syafaatmu
akan diterima.” Lalu aku mengangkat kepalaku seraya mengatakan, “Wahai Tuhanku,
umatku-umatku.” Allah SWT menjawab, “Keluarkanlah siapa saja yang memiliki
sifat ini dan ini di hatinya.” Lantas aku pun mengeluarkan mereka dari neraka.” [25]
8. Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Nabi SAWW bersabda,
أُعطيتُ
خمسا لم يعطهنّ نبي قبلي ولا أقولهن فخرا بعثت إلى الناس كافة الأحمر و الأسود ، و
نُصرتُ بالرعب مسيرة شهر ، وأحلت لي الغنائم ولم تحل لأحد قبلي ، وجعلت لي الأرض مسجدا
وطهورا ، وأعطيت الشفاعة فاخرتها لأمتي فهي لمن لا يشرك بالله شيئا
Artinya: Aku telah diberi oleh
Allah lima perkara
yang tidak pernah Dia berikan kepada seorang nabi pun selainku, dan (ketahuilah)
bahwa aku mengatakannya kepada kalian bukan karena rasa sombongku. (1) Aku
diutus kepada seluruh umat manusia, baik mereka yang berkulit merah maupun yang
berkulit hitam. (2) Aku telah diberi kemenangan atas musuh-musuhku dengan
perasaan takut yang menghantui mereka terhadapku, dari jarak perjalanan satu
bulan. (3) Harta ghanimah (rampasan perang) halal bagiku, padahal sebelumnya
tidak. (4) Seluruh permukaan bumi adalah masjid (tempat bersujud) dan suci
dalam syariat yang kubawa ini. (5) Aku juga dianugerahi oleh Allah hak memberi
syafaat yang aku simpan untuk umatku di hari kiamat dan akan kuberikan kepada
siapa saja yang tidak menyekutukan Allah dengan selain-Nya.[26]
9. Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash
berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAWW bersabda,
إذا
سمعتم مؤذنا فقولوا مثل ما يقول ثمّ صلّوا عليّ فإنّه من صلّى عليّ صلّى الله عليه
بها عشرا ثمّ سلوا لي الوسيلة فإنّها منزلة في الجنة لا تنبغي إلاّ لعبد من عباد
الله , و أرجو أن أكون أنا هو , فمن سأله لي الوسيلة حلّت عليه الشفاعة
Artinya: Jika kalian mendengar seorang muazin
mengumandangkan azan maka tirukanlah setiap kata yang ia ucapkan. Lalu bacalah
shalawat kepadaku. Karena jika seseorang membaca shalawat kepadaku maka Allah
akan memberikan rahmat kepadanya sepuluh kali karena shalawatnya tersebut. Kemudian,
mintalah wasilah untukku, karena wasilah itu adalah sebuah
kedudukan yang tinggi di surga yang hanya berhak didapatkan oleh seorang hamba
Allah yang sebenarnya, dan aku berharap semoga aku dijadikan sebagai hamba
Allah yang sebenarnya itu. (Ketahuilah) jika seseorang memohonkan washilah untukku, ia pasti
akan mendapatkan syafaatku. [27]
10. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAWW saat
menafsirkan ayat, عسى أن يبعثك ربك مقاما محمودا
bersabda,
الشفاعة
Artinya: (Maksudnya adalah) syafaat.[28]
11. Rasulullah SAWW bersabda,
رأيت ما تلقى
أمتي بعدي ... فسألت أن يوليني شفاعة يوم القيامة فيهم ففعل
Artinya: Aku telah mengetahui
apa yang kelak akan dilakukan oleh umatku…Karena itulah aku memohon kepada-Nya
untuk memberiku hak memberi syafaat kepada mereka, dan Dia mengabulkannya.[29]
12. Dalam hadis yang lain beliau
SAWW bersabda,
ليخرجنّ قوم
من أمتي من النار بشفاعتي يسمّون الجهنميين
Artinya: Kelak di hari kiamat akan ada sekelompok
orang dari umatku yang keluar dari siksa api neraka berkat syafaatku, mereka
inilah yang disebut dengan Jahanna-miyyun (orang-orang dari neraka jahannam).
[30]
13. Rasulullah SAWW bersabda,
شفاعتي
نائلة إنشاء الله من مات ولا يشرك بالله شيئا
Artinya: Syafaatku, insya
Allah, akan didapatkan oleh siapa saja yang mati tanpa menyekutukan Allah dengan
selain-Nya. [31]
14. Diriwayatkan bahwa Amirul
Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. berkata,
لنا
شفاعة ولأهل مودتنا شفاعة
Artinya: Kami memiliki syafaat yang akan diberikan
kepada mereka yang mencintai kami.[32]
15. Imam Ali Zainal Abidin
a.s. dalam doa beliau mengatakan,
اللهمّ صلّ على محمد وآل محمد و شرّف بنيانه و
عظّم برهانه , وثقّل ميزانه و تقبل شفاعته
Artinya: Ya
Allah, limpahkalah shalawat atas Muhammad dan keluarganya. Muliakanlah
kedudukan-nya, kuat-kanlah agamanya, beratkanlah neraca amalnya dan terimalah
syafaatnya. [33]
16. Rasulullah
SAWW bersabda,
يا بني عبد المطلب إنّ الصدقة
لا تحلّ لي ولا لكم , ولكني وعدت الشفاعة
Artinya: Wahai Bani Abdul
Muththalib, sedekah haram bagiku dan bagi kalian semua, dan (sebagai gantinya)
aku menjanjikan syafaat (untuk kalian).[34]
17. Imam Zainal Abidin a.s.
dalam doanya berkata,
... وتعطف عليّ بجودك وكرمك ,
وأصلح منّي ما كان فاسدا , وتقبل مني ما كان صالحا , وشفّع فيّ محمدا وآل محمد ,
واستجب دعائي وارحم تضرّعي وشكواي ...
Artinya: (Ya
Allah) perlakukanlah aku dengan kemurahan dan kebaikan-Mu. Luruskanlah semua
hal buruk yang ada pada diriku dan terimalah amal kebaikan yang kulakukan.
Jadikanlah Muhammad dan keluarganya sebagai para pemberi syafaatku (di hari
akhir). Kabulkan doaku dan kasihanilah kerendahan dan pengaduanku ini…[35]
18. Abu Abdillah
Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata,
المؤمن مؤمنان : مؤمن وفى لله
بشروطه التي شرطها عليه , فذلك مع النبيـين و الصديقين والشهداء والصالحين وحسن
أولئك رفيقا وذلك من يشفع ولا يشفع لـه وذلك ممن لا تصيبه أهوال الدنيا ولا أهوال
الآخرة , ومؤمن زلت به قدم فذلك كخامة الزرع كيفما كفئته الريح انكفأ و ذلك ممن
تصيبه أهوال الدنيا و الآخرة و يشفع له و هو على خير
Artinya: Mukmin ada dua
macam. Pertama adalah orang mukmin yang telah menepati semua janji suci
keimanannya dengan Allah. Orang yang demikian ini akan bersama para nabi,
shiddiqin, syuhada’ dan orang-orang saleh; sungguh kebersamaan yang
terbaik. Ia kelak akan dapat mensyafaati dan tidak lagi memerlukan syafaat
orang lain. Di hari kiamat, ia akan terbebas dari segala kekalutan yang ada
saat itu. Sedang mukmin jenis kedua adalah orang mukmin yang tergoda hawa
nafsunya sehingga melakukan kesalahan dan dosa. Ia laksana sebatang ranting
patah yang dipermainkan oleh tiupan angin. Di hari kiamat ia tidak akan lepas
dari ketakutan yang menimpa penghuni mahsyar, namun ia akan mendapat syafaat
yang membawanya kepada kebaikan.[36]
19. Rasulullah SAWW bersabda,
إنّ ربكم تطوّل عليكم في هذا
اليوم فغفر لمحسنكم و شفّع محسنكم في مسيئكم فأفيضوا مغفورا لكم
Artinya: Sesungguhnya pada
hari ini Tuhan melihat kepada kalian dengan pandangan rahmat-Nya. Dia telah
mengampuni mereka yang melakukan kebajikan dari kalian dan menjadikannya
sebagai pemberi syafaat bagi siapa saja yang telah melakukan dosa di antara
kalian. Kini, pergilah dalam keadaan dosa kalian telah diampuni oleh-Nya.
Dalam sebagian
riwayat disebutkan tambahan ini,
إلاّ
أهل التبعات فإن الله عدل يأخذ للضعيف من القوي
Artinya: ...kecuali mereka yang berbuat zalim, karena
Allah akan mengambil hak bagi orang lemah dari yang kuat.
Ketika malam tiba, sekelompok
orang tengah asyik bermunajat dengan Tuhan mereka dan memohonkan ampunan bagi
para pendosa. Pada saat Nabi SAWW sampai di antara mereka, beliau bersabda
kepada Bilal, “Wahai Bilal perintahkan semuanya untuk diam sejenak!”.
Setelah semuanya diam, beliau bersabda,
إنّ
ربكم تطوّل عليكم في هذا اليوم فغفر لمحسنكم و شفّع محسنكم في مسيئكم فأفيضوا
مغفورا لكم
Artinya: Sesungguhnya pada hari ini Tuhan melihat
kepada kalian dengan pandangan rahmat-Nya. Dia telah mengampuni mereka yang
melakukan kebajikan dari kalian dan menjadikannya sebagai pemberi syafaat bagi
siapa saja yang telah melakukan dosa di antara kalian. Kini, pergilah dalam
keadaan dosa kalian telah diampuni oleh-Nya. Dan beliau SAWW memberikan
jaminan keridhaannya untuk para pelaku maksiat.[37]
20. Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. ketika
menjelaskan keutamaan Al Quran berkata,
إنه
ما توجّه العباد إلى الله تعالى بمثله , واعلموا أنه شافع مشفّع وقائل مصدّق , و
أنه من شفع له القرآن يوم القيامة شفّع فيه
Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengalihkan
perhatian seorang hamba kepada Allah SWT lebih dari Al Quran. Ketahuilah bahwa
ia adalah pemberi syafaat dan pembicara yang benar. Jika seseorang diberi
syafaat oleh Al Quran, maka Allah SWT pasti menerima syafaat tersebut.[38]
Semua hadis di atas (dan
masih banyak hadis lainnya yang tidak bisa kami nukilkan seluruhnya di sini)
dengan sangat jelas menunjukkan bahwa masalah syafaat telah dikenal di kalangan
kaum muslimin sejak awal masa Islam dan sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari akidah Islamiah, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi
Muhammad SAWW dan para Imam Ma’sum Ahlul Bait a.s.
Lebih jauh lagi, sejarah
kenabian menceritakan kepada kita bahwa pada masa hidup Rasulullah SAWW kaum
muslimin menaruh perhatian khusus pada permasalahan ini dan mereka sering
meminta kepada beliau untuk memberi syafaat kepada mereka kelak di hari kiamat.
Anas
bin Malik meriwayatkan bahwa ayahnya berkata, “Aku pernah meminta Nabi SAWW
untuk memberiku syafaat di hari kebangkitan nanti.” Nabi SAWW dalam menjawab
permintaan sahabatnya ini bersabda, “Aku pasti akan mengabulkan permintaanmu
ini”. Lalu ia berkata lagi, “Ya Rasulullah, di manakah aku dapat menjumpai
Anda?” Beliau SAWW menjawab,
اطلبني
أول ما تطلبني على الصراط
Artinya: Carilah aku pertama
kali di sirat. [39]
Dalam kitab
Matn Al-Washithiyyah disebutkan, “Yang pertama kali membuka pintu surga adalah
Nabi Muhammad SAWW. Sedangkan umat pertama yang masuk ke dalam surga adalah
umat Muhammad. Beliau SAWW di hari kiamat nanti memiliki tiga syafaat. Syafaat
pertama adalah syafaat yang diberikan di padang
mahsyar setelah seluruh umat manusia mendatangi para nabi seperti Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam a.s., dan berakhir pada beliau SAWW. Adapun
syafaat kedua, adalah syafaat yang diberikan kepada para penghuni surga untuk
dapat memasukinya. Kedua syafaat ini adalah hak khusus yang hanya dimiliki oleh
Nabi Muhammad SAWW. Sedangkan syafaat ketiga adalah syafaat yang diberikan
kepada mereka yang semestinya masuk ke dalam api neraka. Syafaat ini selain hak
beliau juga dapat diberikan oleh para nabi lainnya, juga para shiddiqin (orang-orang
yang benar) dan orang-orang saleh yang lain. Dengan syafaat ketiga ini, mereka
yang semestinya masuk ke neraka bisa diampuni dan lolos dari siksa sedangkan
mereka yang telah memasukinya akan dikeluarkan dari sana.”[40]
Sirah
Al-Halabiyyah menceritakan bahwa setelah Rasulullah SAWW wafat, Abu Bakar
berdiri di sisi jenazah suci Nabi SAWW dan sembari membuka kain penutup wajah
utusan terakhir Tuhan ini berkata, “Demi ayah dan ibuku, sungguh mulia hidup
dan matimu. Ingatlah kami di sisi Tuhanmu, ya Rasulullah. Semoga kami tetap
mendapat tempat di hatimu.” [41]
Bagian Kedua
Syafaat Menurut Ulama Islam
Hampir
seluruh ulama Islam bersepakat bahwa syafaat memang ada di hari kiamat dan akan
diberikan kepada kaum mukminin. Hanya saja, sebagian dari mereka berselisih
pendapat mengenai seberapa luas makna syafaat ini. Mayoritas ulama dari
berbagai mazhab dan aliran dalam Islam berpendapat bahwa syafaat akan berguna
untuk menghindarkan seseorang dari bahaya dan siksa neraka.
Pertama: Pendapat Ulama Mengenai Makna Syafaat
1. Syeikh Mufid, Muhammad
bin Nu’man Al-‘Akbari (wafat tahun 413 H) berkata,
“Syi’ah
Imamiyyah bersepakat bahwa Rasulullah kelak di hari kiamat akan memberikan
syafaatnya kepada sekelompok orang dari umatnya yang berlumuran dengan dosa
besar. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa Amirul Mukminin Ali a.s. akan
memberikan syafaatnya kepada para pecinta dan pengikutnya yang memikul dosa,
demikian juga para Imam Ma’sum lainnya dari Ahlul bait a.s. Berkat syafaat
manusia-manusia suci ini, Allah SWT menyelamatkan banyak orang yang semestinya
masuk ke neraka karena dosa yang mereka perbuat.”
Di bagian lain beliau mengatakan, “Seorang mukmin yang saleh dapat
memberikan syafaat untuk sabahat mukminnya yang berdosa. Allah akan menerima
syafaat yang ia berikan itu. Demikianlah keyakinan seluruh kaum Syi’ah
Imamiyyah kecuali beberapa gelintir orang.” [42]
2. Syeikh
Muhammad bin Al-Hasan Al-Thusi (wafat tahun 460 H) dalam kitab tafsir Al-Tibyan
mengatakan,
“Hakikat syafaat menurut kami adalah menghindar-kan bahaya bukan
mendatangkan keuntungan. Di hari kiamat nanti, kaum mukminin akan mendapatkan
syafaat dari Rasulullah SAWW. Dengan diterimanya syafaat tersebut oleh Allah,
banyak sekali orang yang semestinya masuk ke neraka akan selamat dari siksa,
seperti yang telah disabdakan oleh Nabi SAWW,
إدّخرت شفاعتي لأهل الكبائر
من أمتي
Artinya: Aku menyimpan
syafaatku untuk kuberikan nanti kepada umatku yang berdosa.
Kami meyakini
bahwa syafaat adalah hak yang dimiliki oleh Nabi SAWW, sebagian sahabat beliau,
seluruh Imam Ma’sum, dan banyak hamba Allah yang saleh…” [43]
3. Allamah Muhaqqiq Fadhl bin
Al-Hasan Al-Thabarsi (wafat tahun 548 H) berkata,
“…Menurut kami
kewenangan memberi syafaat adalah hak yang dimiliki oleh Nabi SAWW, para
sahabatnya yang setia, Imam-Imam ma’sum Ahlul bait a.s., dan kaum mukminin yang
saleh. Dengan syafaat mereka ini, Allah akan menyelamatkan banyak sekali orang
yang seharusnya masuk ke dalam neraka karena dosa mereka…” [44]
4. Allamah Syeikh Muhammad Baqir Al-Majlisi (wafat tahun
1110 H) mengatakan,
“Ketahuilah, bahwa syafaat
adalah satu hal yang telah disepakati oleh kaum muslimin sebagai masalah yang
prinsipil dalam agama Islam. Mereka bersepakat bahwa Rasulullah SAWW di hari
kiamat nanti akan memberikan syafaat kepada umatnya, bahkan umat-umat yang lain.
Sedangkan hal yang menjadi ajang perselisihan pendapat adalah mengenai makna
syafaat ini dan hasil yang didapatkan darinya, apakah syafaat berarti
bertambahnya pahala seseorang ataukah hanya berarti penghapusan dosa?
Kaum Syi’ah Imamiyyah
berpendapat bahwa syafaat berarti penghapusan dosa meskipun dosa itu tergolong
sebagai dosa besar. Mereka juga meyakini bahwa hak memberi syafaat ini tidak
hanya dimiliki oleh Nabi SAWW dan para Imam a.s. saja, tapi orang-orang saleh
juga bisa memberi syafaat kepada orang lain dengan izin Allah SWT…” [45]
Apa yang telah kami sebutkan
di atas adalah pernyataan beberapa ulama terkenal dari kalangan Syi’ah
Imamiyyah mengenai syafaat. Berikut ini kami nukilkan pernyataan dari beberapa
ulama besar mazhab-mazhab Islam lainnya.
1. Abu Mansur Al-Maturidi
Al-Samarqandi (wafat tahun 333 H) saat menafsirkan ayat ولا
يقبل منها شفاعة “Syafaat
mereka tidak akan diterima”[46] dan ayat ولا يشفعون إلاّ
لمن ارتضى “Mereka tidak akan bisa memberikan syafaat kecuali kepada
orang yang telah diridhai” [47] mengatakan,
“Ayat pertama meskipun menafikan syafaat, akan tetapi kita meyakini
adanya syafaat yang diterima dalam Islam yaitu syafaat yang dimaksudkan oleh
ayat ini.” [48]
(Yang beliau maksudkan dengan ayat ini adalah ayat ke-28 dari surat
Al-Anbiya’.)
2. Abu Hafsh Al-Nasafi (wafat
tahun 538 H) dalam kitabnya yang dikenal dengan Al-‘Aqaid Al-Nasafiyyah
mengatakan,
“Syafaat
adalah fakta yang tidak dapat diragukan lagi dan merupakan hak yang dimiliki
oleh para rasul dan orang-orang saleh sesuai dengan apa yang disebutkan dalam
banyak hadis.” [49]
3. Nashiruddin Ahmad bin
Muhammad bin Al-Munir Al-Iskandari Al-Maliki dalam kitab Al-Intishaf menulis,
“Mereka yang mengingkari syafaat sangat
layak untuk tidak menerimanya di hari kiamat nanti. Sedangkan yang percaya dan
meyakininya, yaitu kelompok Ahlus-Sunnah wal Jama’ah, mereka adalah orang-orang
yang selalu berharap akan rahmat Allah. Mereka percaya bahwa syafaat bisa
diberikan kepada orang-orang mukmin yang telah melakukan dosa, dan syafaat ini
adalah hak Nabi Muhammad SAWW yang disimpan untuk mereka…” [50]
4. Qadhi ‘Iyadh bin Musa (wafat tahun 544 H) mengatakan,
“Ahlus-Sunnah berpendapat
bahwa masalah syafaat secara akal bisa diterima dan kebenarannya didukung oleh
banyak ayat dan riwayat. Banyak sekali hadis, yang jumlahnya telah sampai ke
batas hadis mutawatir, menyebutkan bahwa syafaat bakal diterima oleh kaum
mukminin yang berlumuran dosa. Salaf Shalih (mereka yang hidup di awal Islam)
dan ulama-ulama Ahlus Sunnah setelah mereka bersepakat akan kebenaran hal
ini….”[51]
Masih banyak lagi ulama-ulama
Islam dari kalangan Ahlus-Sunnah dan Syi’ah yang menekankan akan kebenaran
syafaat di hari kiamat, yang tentunya tidak dapat kami nukilkan semuanya di
sini.
Dengan melihat ayat-ayat
Al Quran Al-Karim, hadis-hadis Nabi Muhammad SAWW dan para Imam Ahlul Bait
a.s., juga pernyataan-pernyataan para ulama di atas, dapat kita simpulkan bahwa
masalah syafaat termasuk dari serangkaian permasalahan yang telah diterima dan
diyakini oleh mayoritas kaum muslimin dari berbagai mazhab yang berbeda. Meski
demikian, tidak dapat kita pungkiri adanya perselisihan di kalangan para ulama
mengenai makna syafaat.
Berbeda dengan
pendapat para ulama di atas, kelompok Mu’tazilah menolak konsep syafaat. Abul
Hasan Al-Khayyath, salah seorang tokoh kelompok ini, saat menafsirkan ayat
berikut ini,
أفمن حقّ عليه كلمة العذاب
أفأنت تنقذ من في النار ...
Artinya: Apakah (engkau
hendak merubah nasib) orang yang telah pasti akan disiksa? Apakah engkau akan
menyelamatkan orang yang berada di dalam neraka?[52]
mengatakan,
“Ayat ini
dengan jelas menyatakan bahwa Rasulullah SAWW tidak mungkin dapat menyelamatkan
orang yang sudah pasti masuk ke dalam api neraka….”
Syeikh Mufid dalam
menjawab pernyataan tersebut mengatakan,
“Semua orang yang menerima konsep syafaat
tidak pernah mengklaim bahwa Rasulullah SAWW dapat menyelamatkan orang yang
berada di neraka. Mereka hanya mengatakan bahwa Allahlah yang menyelamatkan
orang tersebut dari siksaan-Nya sebagai penghormatan atas Nabi SAWW dan
keluarganya yang suci (yang memberinya syafaat). Di sisi lain, para mufassir (ahli
tafsir Al Quran) berpendapat bahwa yang dimaksud oleh ayat ini dengan “mereka
yang pasti masuk neraka” adalah kaum kafir, dan dalam pembahasan-pembahasan
yang lalu telah dijelaskan bahwa Nabi SAWW tidak akan memberikan syafaatnya
kepada mereka.” [53]
Dengan penjelasan
ini, dapat disimpulkaan bahwa ayat tersebut tidak tepat untuk menjadi argumen
dalam menolak konsep syafaat.
Kedua: Diskusi Seputar Masalah Syafaat
Meskipun konsep syafaat dengan jelas telah disebutkan di dalam Al Quran
Al-Karim, akan tetapi dengan semakin berkembangnya ilmu kalam, diskusi
dan perbincangan seputar masalah syafaat ini semakin marak pula dan
permasalahannya merambah ke banyak sisi. Dari sinilah muncul beberapa kritik
atas konsep syafaat ini yang semuanya berpulang kepada konsep-konsep yang telah
diyakini dan diterima oleh mayoritas kaum muslimin dengan berbagai mazhabnya.
Dalam buku kecil ini, setelah menyebutkan beberapa kritik tersebut, kami
berusaha untuk menjawab dan menunjukkan kelemahannya.
Kritik Pertama
Dosa yang diperbuat oleh
seorang mukmin sama dengan dosa yang diperbuat oleh orang kafir. Sedangkan pahala atau siksa
Allah diberikan kepada hamba-Nya karena perbuatan yang ia lakukan. Jika kita
katakan bahwa dengan perantaraan syafaat, seorang mukmin yang telah berbuat dosa
akan terbebas dari siksa, sedangkan orang kafir tidak akan selamat, hal ini
bertentangan dengan keadilan Allah, Mahasuci Allah dari ketidakadilan. Kritik
pertama ini dapat kita sebut dengan “problem dualisme balasan untuk satu dosa”.
Jawaban atas Kritik Pertama
Ada
dua permasalahan yang harus kita jelaskan di sini. Pertama, apakah dosa yang
dilakukan oleh seorang mukmin sama dengan yang dilakukan oleh orang kafir?
Kedua, apakah dengan diterimanya syafaat Nabi SAWW kepada seorang mukmin yang
berdosa padahal orang kafir yang melakukan hal sama tidak berhak
mendapatkannya, berarti ada dualisme dalam pembalasan ataukah tidak?
Jelas bahwa
sebuah dosa, siapapun pelakunya, adalah sebuah hal tercela dan pelakunya pantas
untuk mendapat siksa. Sebagaimana halnya perbuatan baik, siapapun pelakunya,
adalah hal terpuji dan pelakunya berhak untuk mendapatkan pahala. Jika tidak
demikian tidak ada lagi perbedaan antara orang yang baik dan orang yang
berdosa.
Hanya saja,
Allah SWT membedakan antara dosa --di sini pembicaraan kita mengenai masalah
dosa-- yang dilakukan oleh orang mukmin dengan yang dilakukan oleh orang kafir.
Allah memberikan kesempatan bagi orang mukmin yang berdosa untuk mendapatkan
syafaat sebagaimana juga membuka pintu taubat baginya. Di saat yang sama orang
kafir bisa mendapatkan dua kesempatan tersebut dengan syarat harus terlebih
dahulu beriman kepada-Nya. Sama halnya
dengan kebajikan yang mereka lakukan. Selagi mereka belum beriman, seluruh amal
kebajikannya tidak akan dibalas dengan pahala sama sekali.
Memang, kebohongan yang dilakukan oleh seorang
mukmin dengan yang dilakukan oleh orang kafir bisa saja sama, tetapi dalam
hukumnya tetap berbeda. Perbedaan hukum ini telah dijelaskan oleh Sang Pembuat
Syariat, Allah SWT. Ketika Dia mengatakan bahwa bohong merupakan dosa dan
maksiat kepada-Nya, Dia juga menjelaskan bahwa hukum orang mukmin berbeda
dengan hukum orang kafir.
Sebenarnya,
kritik ini berasal dari anggapan bahwa dosa kedua orang tadi sama. Padahal
seperti yang telah kami jelaskan, meskipun secara lahiriah keduanya sama, akan
tetapi dari sisi hukumnya berbeda dan yang menentukan perbedaan tersebut adalah
Allah.
Al-Qur’an
Al-Karim melalui ayat-ayat sucinya membagi umat manusia di hari kiamat nanti ke
dalam beberapa kelompok, diantaranya, kelompok mukminin dan kelompok kafirin.
Orang-orang
kafir adalah mereka yang selama hidup di dunia tidak beriman kepada Allah SWT
atau menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Al Quran dengan tegas menyatakan
bahwa mereka tidak akan memperoleh syafaat.
أم اتخذوا
من دون الله شفعاء قل أَوَلَوْ كانوا لا يملكون شيئا ولا يعقلون
Artinya: Apakah mereka menjadikan selain Allah sebagai
pemberi syafaat bagi mereka. Katakanlah, apakah kalian melakukannya meskipun
mereka ini tidak bisa berbuat apa pun dan mereka tidak bisa berpikir? [54]
والذين
كفروا أولياؤهم الطاغوت يخرجونهم من النور إلى الظلمات أولئك أصحاب النار هم فيها
خالدون
Artinya: Dan orang-orang kafir, pelindung mereka
adalah thaghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kepada
kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. [55]
Jelas, bahwa kekekalan di dalam neraka
bertentangan dengan makna yang terkandung dalam syafaat. Masih banyak
lagi ayat Al Quran yang menekankan hal yang sama.
Penentuan
balasan bagi orang mukmin dan kafir adalah hak mutlak yang dimiliki oleh Allah
SWT semata. Selain itu, Allah SWT juga telah menentukan bahwa orang mukmin akan
mendapatkan pahala dan orang kafir akan mendapat siksa karena perbuatan
masing-masing. Di lain pihak, tidak ada satu pun ayat Al Quran Al-Karim yang menyebutkan
bahwa orang kafir memiliki kesempatan untuk mendapat syafaat, bahkan
sebaliknya, yang kita dapatkan adalah ayat yang menyebutkan bahwa mereka kekal
di dalam neraka.
Dari sini
kita katakan bahwa tidak adanya kesempatan bagi orang kafir untuk mendapatkan
syafaat dikarenakan Allah SWT menepati janji
yang Dia berikan melalui lisan para nabi dan utusan-Nya untuk menyiksa
mereka di hari akhir nanti.
Sedangkan untuk orang mukmin, Allah SWT telah memberinya kesempatan
untuk bertaubat. Jika berbuat dosa, ia memiliki kesempatan untuk bertaubat.
Tentu saja, taubat yang benar dan diterima adalah jika disertai dengan rasa
penyesalan atas perbuatannya dan bersungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya
lagi. Hal ini dikarenakan penyesalan atas perbuatan maksiat akan membuat orang
jera untuk mengulanginya. Sebaliknya, mengulangi perbuatan dosa berarti senang
terhadapnya. Jika orang mukmin meninggal dunia dalam keadaan berlumuran dosa,
ia masih dapat diampuni dengan perantaraan syafaat yang disediakan oleh Allah SWT
untuk orang-orang yang beriman. Dengan demikian, syafaat yang hanya dikhususkan
bagi kaum mukminin yang berlumuran dosa adalah termasuk janji Ilahi yang dibawa
oleh para nabi dan rasul.
Di bawah ini, kami bawakan beberapa contoh ayat suci Al Quran mengenai
dua macam janji Tuhan tersebut.
إنّ الذين كفروا وماتوا وهم كفّار أولئك عليهم
لعنة الله والملائكة والناس أجمعين خالدين فيها لا يخفّف عنهم العذاب ولا هم
ينظرون
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka yang mati dalam keadaan kafir akan
mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di
dalam laknat tersebut. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan siksa dan tidak
akan dilihat dengan pandangan rahmat. [56]
...
ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا و الآخرة و
ألئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya: …Jika seorang di antara
kalian keluar dari agamanya lalu ia mati dalam kekafiran maka orang-orang
seperti itulah yang amalannya sia-sia di dunia dan di akhirat. Merekalah
penghuni neraka dan kekal di dalamnya. [57]
Kedua ayat di
atas menjelaskan janji Tuhan kepada mereka yang mati dalam keadaan kafir. Tuhan
menyatakan bahwa mereka akan kekal di neraka. Tentunya, kekekalan di neraka
tidak sesuai dengan makna syafaat.
Allah SWT
berfirman,
إنّما
التوبة على الله للّذين يعملون السّوء بجهالة ثم ّيتوبون من قريب فأولئك يتوب الله
عليهم
Artinya: Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah
taubat bagi orang-orang yang melakukan kejahatan lantaran kebodohan mereka dan
kemudian mereka segera bertaubat. Taubat mereka itulah yang diterima oleh Allah.[58]
فمن
تاب من بعد ظلمه وأصلح فإنّ الله يتوب عليه إنّ الله غفور رحيم
Artinya: Seseorang yang bertaubat setelah
melakukan kesalahannya dan memperbaiki diri pasti akan diterima Allah taubatnya. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [59]
Banyak ayat lainnya
mengenai taubat yang tidak mungkin kami sebutkan semuanya di sini.
Setelah
menyebutkan dalil-dalil di atas, kita kembali kepada kritik pertama ini. Kini,
bisa kita katakan bahwa dualisme dalam pembalasan terjadi karena dosa yang
dilakukan oleh dua orang tadi berbeda hukumnya. Sejak semula, Allah SWT telah
membedakan antara dosa orang mukmin dan dosa orang kafir. Dengan begitu, orang
kafir tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan syafaat. Sebaliknya, bagi
orang mukmin pintu syafaat terbuka lebar, sebagaimana ia juga bisa bertaubat
akan dosa-dosanya. Singkatnya, pembalasan yang akan diterima oleh keduanya itu
sesuai dengan janji-Nya kepada seluruh umat manusia melalui lisan para nabi dan
para imam a.s..
Dalam hadis
nabawi disebutkan bahwa syafaat tidak akan didapatkan oleh mereka yang
menyekutukan Allah dengan selain-Nya. Abu Dzarr meriwayatkan bahwa suatu malam
Rasulullah SAWW salat dengan membaca sebuah ayat sampai waktu subuh tiba, lalu
ruku’ dan sujud dengan membaca ayat yang sama yang berbunyi,
إنّ تعذّبهم فإنّهم عبادك وإن
تغفر لهم فإنّك أنت العزيز الحكيم
Artinya: Jika Engkau
menyiksa mereka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Namun jika Engkau
mengampuni mereka maka itu karena Engkau Mahamulia lagi Mahabijaksana. [60]
Pagi harinya, Abu
Dzar berkata kepada Rasulullah SAWW, “Ya Rasulullah, Anda selalu mengulangi
ayat ini dalam salat, ruku’ dan sujud sampai pagi.” Beliau SAWW menjawab,
... إنّي سألت
ربّي عزّ وجل الشفاعة لأمتي فأعطانيها فهي نائلة إن شاء الله لمن لا يشرك بالله
عزّ وجل شيئا
Artinya:…Aku memohon
kepada Tuhanku SWT untuk memberiku hak syafaat bagi umatku dan Allah mengabul-kan
permintaanku itu. Syafaatku akan didapatkan oleh umatku yang tidak menyekutukan
Allah dengan selain-Nya, Insya Allah. [61]
Diriwayatkan juga
bahwa Rasululah SAWW pernah bersabda,
شفاعتي
لمن شهد أن لا اله إلاّ الله مخلصا يصدق قلبه لسانه ولسانه قلبه ..
Artinya: Syafaatku akan
didapatkan oleh mereka yang bersaksi dengan sepenuh hatinya bahwa tidak ada
tuhan selain Allah, yang kesaksian hatinya sama dengan kata-katanya…[62]
Kritik Kedua
Penghapusan siksa yang
semestinya menimpa orang mukmin yang berdosa pada hari kiamat, padahal
sebelumnya Allah telah menjanjikannya, tidak keluar dari dua kemungkinan.
Pertama, hal itu sebagai perwujudan sifat keadilan, atau kedua, terhitung
sebagai tindakan zalim dan semena-mena.
Jika penghapusan siksa
tersebut dianggap sebagai perbuatan adil, berarti dengan menyiksa hamba-Nya,
Allah SWT bertindak semena-mena. “Mahasuci Allah dari tindakan yang demikian
itu.”
Namun, jika penghapusan
siksa adalah tindakan yang tidak benar
(zalim) --dengan memohonkan syafaat bagi mereka yang berdosa-- berarti para
nabi, rasul, dan orang-orang saleh melakukan suatu tindakan yang tidak benar
dan zalim. Hal ini tentu tidak sesuai dengan kesucian dan ke-maksum-an
mereka dari segala kesalahan.
Jawaban atas Kritik Kedua
Kritik kedua
ini berpulang kepada kontradiksi antara dua hal yang bisa terjadi jika konsep
syafaat ini kita terima. Hal yang pertama, penghapusan siksa adalah suatu
tindakan bijaksana dan menyiksa hamba yang berdosa berarti suatu kezaliman yang
tidak mungkin dilakukan oleh Allah SWT. Kedua, penghapusan siksa adalah
tindakan yang tidak benar (zalim) --karena di dunia, ancaman akan siksaan
akhirat sudah diberikan-- dan ini berarti bahwa permohonan ampunan di akhirat (syafaat)
yang dilakukan oleh para nabi dan syafi’ (pemberi syafaat) lainnya
tergolong permohonan atas suatu kezaliman dan hal ini tidak sesuai dengan
kepribadian mereka.
Pada
pembahasan yang lalu, telah kami singgung bahwa perbuatan dosa yang dilakukan
oleh seorang mukmin bukan merupakan kausa atau sebab yang sempurna untuk
mendapat siksaan. Dosa hanya merupa-kan sebuah jalan menuju siksa. Jika antara
dosa tersebut dan turunnya siksaan tidak ada penghalang yang telah ditetapkan
sendiri oleh Allah SWT, seperti taubat dan syafaat, maka dosa itu akan
meninggalkan kesannya, yang berbentuk siksaan bagi sang pelaku.
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah SAWW bersabda,
إذا قمت المقام المحمود تشفّعت في أصحاب
الكبائر من أمتي فيشفّعني الله فيهم والله لا تشفّعت فيمن آذى ذريتي
Artinya: Saat
aku berada di kedudukan yang mulia, aku berikan syafaatku kepada semua orang
dari umatku yang telah melakukan dosa besar dan Allah akan menerima syafaatku
untuk mereka. Demi Allah, aku tidak akan memberikan syafaatku kepada orang yang
telah menyakiti keturunanku. [63]
Atas
dasar ini kita katakan bahwa tindakan Allah menyiksa seorang hamba yang mukmin
karena dosa yang ia lakukan merupakan tindakan yang benar dan sesuai dengan
keadilan-Nya, sama seperti saat Dia memberikan pahala kepada seorang mukmin
yang berbuat kebajikan. Jika seorang pendosa tidak berhak untuk disiksa maka
tidak akan ada perbedaan antara dia dengan orang yang taat. Hanya saja, perlu
diperhatikan bahwa meskipun ia berhak untuk disiksa, tapi terkadang siksaan
tersebut tidak jadi ia terima karena adanya suatu penghalang, seperti taubat
dan syafaat.
Dengan demikian, jelaslah bahwa antara teori keadilan
Ilahi dengan konsep syafaat tidak terdapat satupun sisi kontradiktif.
Kesimpulannya, syafaat adalah kemurahan dan rahmat
dari Allah SWT untuk kaum mukminin dan merupakan pembeda antara mukmin dan
kafir. Syafaat adalah rahmat. Adakah kontradiksi antara rahmat dan keadilan?
Janji Allah untuk menerima syafaat bagi sebagian
hamba-Nya hanya dikhususkan bagi mereka yang memiliki kriteria tertentu yang
telah Dia tetapkan, yaitu mereka yang beriman kepada-Nya serta beriman kepada
kitab-kitab dan para utusan-Nya.
Rasulullah SAWW bersabda,
خيّرت بين الشفاعة و بين أن
يدخل نصف أمتي الجنة فاخترت الشفاعة لأنها أعم و أكفى أترونها للمتقين ؟ لا ,
ولكنّها للمذنبين الخطائين المتلوّثين
Artinya: Aku diberi dua
pilihan, hak syafaat ataukah separuh dari umatku masuk ke dalam surga. Aku
memilih syafaat karena lebih umum dan lebih luas jangkauannya. Apakah kalian
mengira bahwa syafaat akan diberikan kepada mereka yang bertakwa? Tidak,
syafaat hanyalah untuk mereka yang berdosa dan kotor oleh noda maksiat.[64]
Imam Hasan a.s.
berkata,
إنّ
النبي قال في جواب نفر من اليهود سألوه عن مسائل : و أما شفاعتي ففي أصحاب الكبائر
ما خلا أهل الشرك و الظلم
Artinya: Dalam menjawab
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh sekelompok orang Yahudi, Nabi SAWW
bersabda, “Mengenai syafaatku, kelak di hari kiamat aku akan memberikannya
kepada mereka yang berlumuran dosa kecuali orang-orang musyrik dan zalim.”[65]
Mengenai siksaan atas orang-orang kafir dan musyrik, kita
katakan bahwa hal tersebut sesuai dengan ancaman yang telah Allah berikan
sebelumnya. Karena itu, para nabi, rasul, dan washi serta mereka yang diberi
izin oleh Allah SWT untuk menjadi syafi’ di hari kiamat tidak akan
memohon syafaat dan ampunan bagi kaum kafir dan musyrik, serta mereka yang
disebut oleh Al Quran sebagai penghuni abadi neraka jahanam. Ringkasnya, dalam
masalah ini ada dua golongan, yaitu mereka yang beriman tapi berlumuran dosa
dan mereka yang kafir dan ingkar kepada Allah SWT. Menyamakan kedua golongan
ini dalam menerima hasil perbuatan di akhirat nanti adalah tindakan yang
keliru.
Kritik kedua ini bisa dibenarkan jika seseorang dari golongan pertama
selamat dari siksaan karena syafaat namun di saat yang sama orang lain dari
kelompok yang sama tidak mendapatkan syafaat tersebut, padahal keduanya
memiliki kriteria yang sama.
Di sisi lain, “Adanya syafaat dan penghapusan siksa setelah melewati
banyak sebab seperti rahmat, ampunan, hukuman, pengadilan, pengembalian hak
kepada orang yang berhak, semuanya itu tidak bertentangan dengan sunnah Allah
dan tidak membuka pintu kesesatan.”[66]
Kritik Ketiga
Dalam
kacamata masyarakat pada umumnya, syafaat dipahami sebagai permintaan syafi’
kepada yang menerima permohonan itu untuk melakukan atau meninggalkan suatu
perbuatan berkenaan dengan orang yang diberi syafaat. Hal ini tidak mungkin
terjadi, kecuali jika si penerima permohonan syafaat tadi kemudian menjadi tahu
akan sesuatu yang membuatnya menerima permohonan sang syafi’. Makna
kedua syafaat seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang adalah bahwa penerima
permohonan syafaat (dalam hal syafaat di akhirat berarti Allah SWT) menahan
diri untuk memberlakukan suatu ketentuan terhadap seseorang demi menghargai
kedudukan si pemberi syafaat, meskipun ketentuan yang semestinya ia berlakukan
itu sangat tepat, adil, dan bijaksana. Kedua makna syafaat ini tidak layak kita
nisbatkan kepada Allah SWT.
Jawaban atas Kritik Ketiga
Apa yang
disebutkan dalam kritik ketiga ini sudah salah dari dasarnya. Sebab, ketentuan
(baca: azab atau siksaan) yang semestinya diberlakukan oleh Allah SWT bukannya
sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari dosa. Sebagimana yang telah kami
jelaskan sebelum ini, dosa hanyalah jalan menuju siksa. Sedangkan syafaat
adalah sesuatu yang telah dijanjikan dan Al Quran Al-Karim sendiri dalam banyak
ayatnya telah menjelaskan bentuk, batasan, dan kriteria mereka yang berhak
menerimanya.
Jadi, dengan
menerima permohonan syafaat, tidak berarti Allah SWT mengurungkan niat menyiksa
hamba-Nya yang berdosa. Tetapi hal itu berarti bahwa Dia menepati janji kepada
para hamba-Nya. Dengan demikian syafaat juga tidak berarti bahwa dengan
permohonan syafaat yang diajukan oleh para syafi’ berarti Allah mendapat
pengetahuan yang baru akan hal itu. Sebab, jauh hari Allah telah mengetahui
fenomena syafaat, bahkan Dia sendirilah yang menyebutkan hal itu dan
menjelaskan bagaimana seorang mukmin yang berdosa bisa meraihnya untuk kemudian
sampai kepada ridhwan (keridhaan) Allah SWT.
Di sisi lain,
Allah SWT Yang Mahatahu telah mengetahui segala hal yang terjadi pada
hamba-hamba-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan ilmu-Nya yang mencakup
segala sesuatu maka tidak ada lagi arti ilmu yang baru bagi Allah dengan
menerima syafaat.
Penjelasan di
atas bisa kita simpulkan dari ayat yang berbunyi,
..
يمحو الله ما يشاء ويثبت وعنده أمّ الكتاب
Artinya: Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan
menentukan (apa yang Dia mau). Dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab.[67]
Allamah Thabathaba’i
mengatakan, “…Perubahan ilmu dan kehendak yang mustahil terjadi pada Allah SWT
adalah ketidakcocokan ilmu dan kehendak tadi dengan obyeknya masing-masing,
padahal keduanya tidak mengalami perubahan sama sekali. Ketidakcocokan yang
berkenaan dengan ilmu dapat disebut dengan kesalahan sedangkan yang berkenaan
dengan kehendak kita sebut dengan faskh (pembatalan). Misalnya, dari
kejauhan seseorang melihat sebuah bayangan yang ia yakini sebagai bayangan
manusia. Namun setelah mendekat, tampaklah bahwa bayangan itu bukan manusia
melainkan seekor kuda. Atau, seseorang hendak melakukan suatu pekerjaan untuk
suatu mashlahah (kebaikan). Tapi, tidak lama kemudian ia sadar bahwa lebih baik ia meninggalkannya.
Kedua perubahan (ilmu dan kehendak) seperti ini mustahil terjadi pada Allah
SWT. Sedangkan syafaat dan penghapusan siksa melalui syafaat tidak termasuk
dari dua hal di atas, seperti yang telah Anda ketahui.”[68]
Kritik Keempat
Jika
masyarakat umum mengetahui bahwa di akhirat nanti para nabi, rasul, dan
orang-orang saleh akan memohonkan ampunan bagi mereka yang telah melakukan dosa
selama hidupnya di dunia lewat syafaat, niscaya mereka akan berani melakukan
maksiat dan menumpuk dosa dengan harapan akan mendapatkan syafaat di hari
kiamat. Dan bila ini terjadi maka semua hukum dan aturan yang telah ditetapkan
oleh agama akan menjadi sia-sia. Hal ini akan mengakibatkan tergoncangnya
kondisi sosial kemasyarakatan, tercabiknya norma-norma yang ada di tengah
masyarakat, dan terinjak-injaknya hukum Allah.
Jawaban atas Kritik Keempat
Kelemahan dan
masalah terbesar yang ada pada kritikan di atas adalah ketidaktelitian dalam
menangkap satu poin penting pada ayat-ayat Al Quran yang menerangkan masalah
syafaat secara langsung dan ayat-ayat yang menyebutkan tentang kekalnya kaum
kafir di neraka. Poin yang kami maksudkan itu adalah bahwa semua ayat tadi
tidak menyebutkan secara jelas siapa saja yang bakal menerima syafaat. Selain
itu, ayat-ayat tersebut juga tidak menjelaskan jenis dosa yang bisa disyafaati.
Jika demikian
keadaannya, bagaimana mungkin seseorang bisa merasa yakin akan menerima syafaat
dan bagaimana mungkin ia yakin bahwa dosa yang ia lakukan adalah dosa yang bisa
disyafaati?
Keadaan yang
seperti ini menuntut orang untuk bersikap hati-hati, jangan sampai melakukan
maksiat. Karena, mungkin saja ia tidak termasuk mereka yang berhak mendapatkannya
atau mungkin saja dosanya tidak termasuk dosa yang bisa disyafaati.
Ayat-ayat
suci Al Quran yang menerangkan bahwa orang-orang kafir kekal di neraka dengan
segala macam siksaan yang akan mereka alami dan bahwa dosa-dosa mereka tidak
akan diampuni, semuanya menerangkan kriteria umum mereka yang kelak akan masuk
ke dalam neraka. Sebagai contoh, Allah SWT berfirman,
إنّ
الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء
Artinya: Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni
dosa syirik dan mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang Dia kehendaki.
[69]
Sebagaimana yang Anda
saksikan, ayat ini berbicara mengenai ampunan di hari kiamat yang tidak akan
didapat oleh mereka yang mati dalam keadaan musyrik (syirik/menyekutukan
Allah SWT).
Dengan melihat kenyataan yang demikian ini, bagaimana
bisa dikatakan bahwa konsep syafaat dapat mendorong banyak orang untuk berani
melakukan perbuatan maksiat? Sementara itu, seorang mukmin berkewajiban untuk
segera bertaubat setelah melakukan perbuatan dosa demi mendapatkan ampunan dari
Allah SWT. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari akhir akan
memiliki perilaku suka bertaubat dan selalu menjaga dirinya agar tidak jatuh ke
jurang maksiat. Oleh karena itu, jika suatu saat setan berhasil menggodanya
sehingga melakukan perbuatan dosa maka ia akan segera sadar dan bertaubat
kepada Allah dengan taubat yang sebenarnya dan tidak mengulangi lagi perbuatan
dosa tersebut.
Iman bukanlah
sebuah warna yang kita lekatkan pada diri seseorang, tetapi ia merupakan bagian
dari jiwa insan mukmin dan wujud dari hubungannya dengan Tuhan. Keimanan
seseorang dan akan tampak dalam perilaku sosialnya dengan ketaatannya dalam
melakukan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Mungkin, hal
inilah yang dimaksudkan oleh ayat berikut ini.
والذين
إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم ومن يغفر الذنوب
إلاّ الله ولم يصرّوا على ما فعلوا وهم يعلمون
Artinya: Dan mereka yang
jika telah melakukan dosa atau menzalimi diri sendiri segera mengingat Allah
dan meminta ampun atas dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah?Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu
sedang mereka mengetahui. [70]
Ayat ini menjelaskan tentang
adanya sekelompok orang dengan kriteria tertentu tanpa menyebutkan identitas
mereka dengan jelas. Ayat ini juga tidak menyebutkan dengan jelas jenis dosa
dan kezaliman tersebut. Hanya saja, Allah menjelaskan bahwa kelompok ini
setelah melakukan perbuatan dosa segera mengingat Allah dan meminta ampunan-Nya
dengan tidak meneruskan perbuatan keji tersebut. Mereka adalah orang-orang yang
dosa-dosanya pasti akan diampuni Allah
SWT. Jika mereka tidak ber-istighfar (memohon ampunan), maka janji
ampunan dari Allah ini tidak akan mereka terima.
Hal yang sama juga disinggung
oleh hadis berikut ini. Ali bin Ibrahim meriwayatkan dari Muhammad bin Isa dari
Yunus, dari Abdullah bin Sinan. Dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abu
Abdillah Imam Ja’far Shadiq a.s. mengenai seorang yang melakukan perbuatan dosa
besar lalu meninggal dunia. Apakah dosanya itu bisa mengeluarkannya dari agama
Islam? Jika kelak ia mendapat siksa, apakah siksaannya sama dengan siksaan kaum
kaum kafir dan musyrik, atau mungkin ia hanya sementara berada di neraka?
Beliau a.s. menjawab,
من
ارتكب كبيرة من الكبائر فزعم أنّها حلال أخرجه ذلك من الإسلام وعذّب أشدّ العذاب ,
وإن كان معترفا أنّه أذنب ومات عليه -أي مصرّا على الذنب- أخرجه من الإيمان ولم
يخرجه من الإسلام وكان عذابه أهون من عذاب الأول
Artinya: Jika seorang melakukan dosa besar dan
menganggapnya sebagai suatu perbuatan halal,
ia sudah keluar dari Islam dan akan mendapat siksaan yang sangat pedih.
Namun, jika ia melakukannya dengan mengakui bahwa perbuatannya itu salah, lalu
meninggal dunia –dalam keadaan terus-menerus melakukannya-- dia telah
kehilangan keimanannya tapi tidak keluar dari agama Islam. Siksaan yang akan ia
dapat lebih ringan dari siksaan orang yang pertama. [71]
Kritik Kelima
Memang secara logis, konsep syafaat bisa dibenarkan
dengan merujuk ayat-ayat suci Al Quran Al-Karim. Tetapi, dalam prakteknya hal
itu tidak mungkin terjadi. Sebab, Al Quran dalam ayat yang lain menafikan
syafaat secara mutlak, seperti firman Allah SWT,
..لا بيع فيه ولا خلّة ولا شفاعة
Artinya: …hari itu tidak ada jual-beli, persahabatan
dan syafaat.[72]
Ayat yang lain memberikan
catatan bahwa syafaat harus disertai izin Allah, (إلاّ بإذنه ..
) [73] atau
dengan catatan bagi mereka yang telah Dia ridhai ( إلاّ لمن ارتضى .. ) [74]. Ayat-ayat tersebut tidak
dengan jelas menunjukkan
bahwa dalam prakteknya syafaat memang akan ada di akhirat nanti. Singkatnya,
Al Quran Al-Karim terkadang menafikan syafaat secara mutlak dan terkadang
dengan catatan keridhaan Allah SWT, dan ada pula ayat yang menyebutkan bahwa
syafaat tidak berguna sama sekali di akhirat, seperti firman Allah,
...
فما تنفعهم شفاعة الشّافعين
Artinya: …maka
tidak berguna bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberi syafaat.[75]
Jawaban atas Kritik Kelima
Jawaban singkat untuk kritik kelima ini adalah bahwa ayat-ayat tersebut
di atas tidak menafikan syafaat secara mutlak. Ayat-ayat tadi hanya
mengecualikan syafaat bagi sebagian orang. Pengecualian seperti ini kita
dapatkan dalam banyak ayat suci Al Quran Al-Karim.
Berkenaan dengan pernyataan bahwa syafaat hanya bisa berlaku dengan izin
Allah dan diberikan kepada orang yang Dia ridhai, hal ini justeru menguatkan
klaim kita tentang syafaat yang benar-benar akan diperoleh di hari kiamat.
Kesimpulan yang kita ambil ini, berlawanan dengan apa yang dipahami oleh mereka
yang menafikan syafaat, dengan berdalilkan ayat, فما
تنفعهم شفاعة الشّافعين “…maka
tidak berguna bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberi syafaat."
Berargumen dengan
ayat ini untuk menafikan syafaat adalah tindakan yang salah. Sebab, ayat-ayat
sebelumnya menerangkan tentang keadaan kaum durjana yang berada di neraka Saqar.
Mari kita simak bersama-sama ayat-ayat tersebut.
كلّ
نفس بما كسبت رهينة , إلاّ أصحاب اليمين , في جنّات يتساءلون عن المجرمين , ما
سلككم من سقر , قالوا لم نك من المصلّين , و لم نك نطعم المسكين , و كنّا نخوض مع
الخائضين , وكنّا نكذّب بيوم الدّين , حتى أتانا اليقين , فما تنفعهم شفاعة
الشّافعين .
Artinya: Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang
diperbuatnya, kecuali Ashhabul Yamin (golongan kanan). Mereka di dalam surga
bertanya-tanya mengenai keadaan orang-orang yang durjana. “Apakah gerangan yang
memasukkan kalian ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab, “Kami dahulu tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan salat. Kami tidak pula memberi makan
orang-orang miskin. Kami selalu membicarakan sesuatu yang bathil. Dan kami telah
mendustakan hari pembalasan, hingga kematian datang kepada kami.” Maka tidaklah
berguna bagi mereka syafaat para pemberi syafaat. [76]
Dengan melihat kesemua ayat
ini jelaslah bahwa yang dimaksud dengan ayat “Maka tidak berguna syafaat
para pemberi syafaat” adalah orang-orang yang tinggal di Saqar. Mereka
adalah kaum durjana yang tidak mengerjakan salat dan mendustakan hari
pembalasan sampai ajal menjemput mereka. Setelah masuk ke dalam Saqar karena
dosa-dosa tersebut, saat itu syafaat tidak lagi berguna bagi mereka.
Kesimpulan dari semua kritik
dan jawaban yang telah kami berikan adalah bahwa syafaat tidak berarti dualime
dalam balasan yang diberikan Tuhan atas satu perbuatan. Seperti halnya syafaat
juga tidak bertentangan dengan keadilan Allah, bahkan syafaat menunjukkan akan
keadilan Ilahi tersebut sebab ia adalah janji-Nya. Dengan menepati janji
tersebut berarti Allah telah bersikap adil.
Selain itu, syafaat tidak
berarti adanya ilmu baru bagi Allah atau urungnya niat Allah dalam melakukan
sesuatu. Syafaat telah telah diketahui oleh Allah SWT sejak azal (awal).
Mengetahui konsep syafaat tidak mendorong seseorang untuk berbuat maksiat
bahkan menuntutnya untuk selalu berhati-hati agar tidak terjatuh ke dalam
lumpur maksiat dan dosa, sebab Al Quran tidak menerangkan dengan jelas
dosa-dosa apakah yang dapat disyafaati.
Selain secara konsep syafaat
bisa diterima, juga dalam prakteknya hal itu pasti akan terjadi. Namun, ada
beberapa kelompok yang disebut oleh Al Quran sebagai kelompok yang tidak akan
menerimanya. Syafaat tidak akan berguna atau diberikan kecuali dengan izin dan
keridhaan Allah SWT.
Imam Ali bin Musa Al-Ridha
a.s. meriwayatkan dari ayah dan kakeknya bahwa Rasulullah SAWW bersabda,
من
لا يؤمن بشفاعتي فلا أناله شفاعتي - إلى قوله - إنما شفاعتي لأهل الكبائر من أمتي
فأما المحسنون فما عليهم من سبيل
Artinya: Orang yang tidak percaya akan syafaatku, ia
tidak akan mendapatkannya –sampai kemudian beliau SAWW bersabda- Sesungguhnya
syafaatku diperuntukkan bagi para pendosa dari umatku. Sedangkan umatku yang
baik dan tidak berdosa, mereka tidak lagi memerlukannya.
Husain bin Khalid berkata,
“Aku bertanya kepada Imam Ridha a.s., “Wahai putra Rasulullah, lalu apa arti
dari firman Allah SWT ولا يشفعون إلاّ لمن ارتضى “Mereka tidak memberikan syafaat kecuali kepada orang
yang telah diridhai”.[77] Beliau
menjawab,
لا
يشفعون إلاّ لمن ارتضى الله دينه
Artinya: Mereka tidak memberikan syafaat kecuali
kepada orang yang Allah telah meridhai agamanya. "[78]
Bagian Keempat
Pemberi dan Penerima Syafaat
Pertama: Pemberi Syafaat
Berapakah jumlah para pemberi syafaat menurut versi
Al Quran Al-Karim? Apakah kitab suci ini menyebutkan nama dan sifat mereka
secara jelas?
Jika kita meneliti ayat-ayat Al Quran Al-Karim dengan
cermat, kita akan berkesimpulan bahwa Allah SWT dalam kitab suci terakhir-Nya
tidak pernah menyebutkan nama seorang pun yang kelak di hari kiamat akan
memberikan syafaat. Namun, dengan menyebutkan beberapa sifat dan kriteria syafi’
(pemberi syafaat) Al Quran menjelaskan bahwa siapa saja yang memiliki
sifat-sifat tersebut berarti ia adalah syafi’ di hari kiamat.
Ada beberapa kelompok yang disebut oleh Al Quran Al-Karim
sebagai syafi’. Di antaranya adalah para nabi a.s., malaikat, dan kaum
mukminin yang saleh. Selain itu amal perbuatan yang baik juga dapat memberikan
syafaat kepada pelakunya.
Rasulullah SAWW dalam sebuah hadis bersabda,
يشفع
النبيّون والملائكة والمؤمنون فيقول الجبّار : بقيت شفاعتي
Artinya: Di hari kiamat, para nabi, malaikat, dan kaum mukminin
memberikan syafaat mereka. Lalu Allah SWT berfirman, “Kini hanya syafaat-Ku
yang tersisa.” [89]
Selain itu Rasulullah SAWW juga bersabda,
يشفع
يوم القيامة الأنبياء ثم العلماء ثم الشهداء
Artinya: Para
nabi di hari kiamat kelak akan memberikan syafaat mereka, yang lalu disusul
oleh para ulama, kemudian para syuhada’ (mereka yang mati di jalan Allah).[90]
Selain dari hal di atas, mempelajari kitab suci Al Quran dapat mengangkat
derajat seseorang ke suatu tingkat yang memungkinkannya untuk memberikan
syafaat kepada orang lain. Rasulullah SAWW bersabda,
من
تعلم القرآن فاستظهره فأحلّ حلاله وحرّم حرامه أدخله الله به الجنة وشفعّه في عشرة
من أهل بيته كلهم قد وجبت له النار ...
Artinya: Orang
yang mempelajari Al Quran lalu mengamalkannya dengan menghalalkan bagi dirinya
apa dihalalkan oleh Al Quran dan mengharamkan segala yang diharamkannya, akan
dimasukkan Allah ke dalam surga dan dia diberi Allah kesempatan untuk memberi
syafaat kepada sepuluh orang dari keluarganya yang semestinya masuk ke neraka….[91]
Imam Ali bin Abi Thalib dalam Nahj Al-Balaghah berkata,
إنه
من شفع له القرآن يوم القيامة شفع فيه
Artinya: Orang
yang diberi syafaat oleh Al Quran akan dapat memberikan syafaat. [92]
Perbuatan baik dan konsekuen terhadap ajaran-ajaran Islam juga bisa
menjadikan seseorang itu syafi’di hari kiamat. Dalam hal ini Rasulullah
SAWW bersabda,
إنّ
أقربكم مني غدا و أوجبكم عليّ الشفاعة : أصدقكم لسانا , وأدّاكم لأمانتكم , و
أحسنكم خلقا , و أقربكم من الناس
Artinya: Orang yang paling dekat kepadaku di hari kiamat dan yang
paling pantas untuk menerima hak syafaat dariku adalah orang yang paling benar
tutur katanya, paling jujur terhadap amanat, paling bagus budi pekertinya, dan
paling dekat dengan masyarakat. [93]
Beliau SAWW juga bersabda,
الشفعاء خمسة : القرآن والرحم والأمانة ونبيكم وأهل بيت
نبيكم
Artinya: Orang
yang kelak akan bisa memberikan syafaat kepada kalian ada lima: Al Quran,
hubungan kekerabatan, amanat, nabi kalian, dan Ahlul Bait. [94]
Dalam doanya, Imam Ali bin Al-Husain Zainal Abidin a.s. mengatakan,
اللهمّ
اجعل نبينا صلواتك عليه وعلى آله يوم القيامة أقرب النبيين منك مجلسا وأمكنهم منك
شفاعة ..
Artinya: Ya
Allah, jadikanlah nabi-Mu --shalawat dan salam-Mu atasnya dan atas
keluarganya-- nabi yang paling dekat kepada-Mu di hari kiamat nanti dan
jadikanlah ia nabi yang paling layak untuk memberikan syafaat dari-Mu...[95]
Pada bagian ini, akan kami nukilkan secara singkat beberapa ayat suci
Al Quran yang menjelaskan kelompok-kelompok pemberi syafaat tersebut.
a. Para Nabi
Ayat di bawah ini menegaskan bahwa para nabi a.s. memiliki hak untuk
memberi syafaat di hari kiamat. Allah SWT berfirman,
و ما أرسلنا
منّ رسول إلاّ ليطاع بإذن الله ولو أنّهم إذ ظلموا أنفسهم جاءوك فاستغفروا الله
واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توّابا رحيما
Artinya: Kami
tidak mengutus seorang rasul pun kecuali untuk ditaati (oleh kaumnya) dengan
izin Allah. Dan sesungguhnya jika setelah berbuat kesalahan dan menzalimi diri
sendiri, mereka lantas mendatangimu dan memohon ampunan daripada Allah, dan
Rasul pun memintakan ampunan untuk mereka, pasti mereka akan menemukan Allah
sebagai Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.[96]
Ada beberapa poin penting di ayat ini yang layak untuk kita perhatikan.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa “menzalimi diri sendiri” berarti
merampas hak yang dimiliki oleh diri mereka dengan cara melakukan sesuatu yang
dapat mendatangkan bahaya melalui perbuatan maksiat, sehingga ia berhak
mendapatkan siksa, atau dengan meninggalkan suatu perbuatan yang dapat
mendatangkan pahala. Sebagian lagi berpendapat bahwa menzalimi diri sendiri itu
adalah ketika seseorang berperilaku munafik dan kafir.
Makna “mendatangimu” adalah mereka (orang yang zalim terhadap diri
sendiri itu) dalam keadaan bertaubat dan beriman kepada Rasul, “…dan memohon
ampunan dari Allah” atas dosa-dosa yang mereka lakukan. Makna “..dan
Rasul pun memintakan ampunan untuk mereka”, yakni, bahwa Rasul juga memohon
kepada Allah untuk mengampuni mereka. “Mereka akan menemukan Allah”,
berarti bahwa mereka akan mendapatkan ampunan dari Allah atas dosa-dosa mereka.[97]
Selain ayat di atas, ayat berikut ini menyebutkan dengan jelas syafaat yang
akan diberikan oleh para rasul. Allah SWT berfirman,
وقالوا
اتخذ الرحمن ولدا سبحانه بل عباد مكرمون , لا يسبقونه بالقول وهم بأمره يعملون ,
يعلم ما بين أيديهم وما خلفهم ولا يشفعون إلاّ لمن ارتضى وهم من خشيته مشفقون
Artinya: Mereka
berkata, "Allah Yang Maha Pemurah itu memiliki anak." Mahasuci Dia.
Tidak, sebenarnya (mereka) hanyalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka tidak
pernah mendahului-Nya dalam perkataan dan selalu bertindak atas perintah-Nya.
Dia Maha Mengetahui segala apa yang ada di depan dan di belakang mereka. Mereka
tidak akan memberikan syafaat kecuali kepada orang yang telah Dia ridhai dan
mereka takut kepada-Nya. [98]
Ayat di atas menunjukkan bahwa kaum kafir menyebut para
rasul yang diutus oleh Allah SWT sebagai anak-anak Allah. Akan tetapi Al Quran
dengan tegas membantah perkataan mereka dan menyebut para rasul itu sebagai
hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan tugas kenabian dan mereka tidak akan
memberikan syafaat yang merupakan hak yang mereka dapatkan dari Allah kecuali
kepada mereka yang telah diridhai oleh-Nya.
Makna yang dikandung oleh ayat ini juga sesuai untuk para
malaikat. Sebab dalam banyak ayat suci Al Quran disebutkan bahwa kaum kafir dan
musyrik sering menyebut para malaikat sebagai putri-putri Allah. Maha- suci
Allah dari segala yang mereka tuduhkan itu.
b. Para Malaikat
Ayat Al Quran yang menyebutkan bahwa para malaikat adalah
para pemberi syafaat adalah firman Allah yang berbunyi,
و كم من ملك في السموات لا تغني
شفاعتهم شيئا إلاّ من بعد أن يأذن الله لمن يشاء و يرضى ..
Artinya: …Dan
berapa banyak malaikat di langit yang syafaat mereka tidak berguna sama sekali
kecuali setelah mendapat izin dari Allah bagi mereka yang Dia kehendaki dan
ridhai...[99]
c. Mukminin
Ayat di bawah ini menjelaskan bahwa orang-orang mukmin dan mereka yang
terbunuh di jalan Allah adalah syafi’ yang kelak akan memberi syafaat.
Allah SWT berfirman,
ولا يملك
الذين يدعون من دونه الشفاعة إلاّ من شهد بالحق و هم يعلمون ...
Artinya: Dan para sesembahan selain Allah tidak dapat memberikan
syafaat. (Yang dapat memberi syafaat hanyalah) mereka yang bersaksi atas
kebenaran dan mereka yang mengetahui.[100]
Mereka yang bersaksi atas kebenaran adalah orang-orang mukmin yang saleh.
Merekalah yang kelak akan dijadikan oleh Allah sebagai saksi atas semua umat
bersama para nabi dan para washi (penerus misi para nabi).
Dalam ayat yang lain, Allah SWT menyebut kaum mukminin sebagai para saksi.
Allah SWT berfirman,
والذين
آمنوا بالله ورسله أولئك هم الصديقون والشهداء عند ربّهم ...
Artinya: Dan
orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah
orang-orang yang benar dan para saksi di sisi Tuhan mereka....[101]
Banyak riwayat yang mendukung ayat ini dan menerangkannya lebih jauh lagi,
di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Shaduq dari Rasul SAWW. Beliau SAWW
bersabda,
ثلاثة
يشفعون إلى الله عزّ وجل فيشفّعون : الأنبياء , ثم العلماء , ثم الشهداء
Artinya: Ada
tiga kelompok yang syafaat mereka di hari kiamat akan diterima oleh Allah SWT,
yaitu para nabi, para ulama, dan para syuhada’ (syuhada: mereka yang menjadi
saksi, termasuk mereka yang terbunuh di jalan Allah. pent).[102]
Sebelum beranjak meninggalkan bagian ini, kami ingin mengajak pembaca untuk
memperhatikan sebuah poin penting yang sering disebut di dalam ayat-ayat yang
menyebutkan tentang pemberi atau penerima syafaat, yaitu ridha Allah. Al Quran
telah menyebutkan bahwa mereka yang bisa memberi atau mendapat syafaat adalah
orang-orang yang diridhai Allah. Dengan demikian, tanpa ridha ini, syafaat
tidak akan berguna. Singkatnya, syafi’ haruslah orang yang diridhai oleh
Allah sehingga ia bisa memberikan syafaat dan penerima syafaat haruslah orang
yang diridhai Allah sehingga syafaat yang ia terima dari syafi’ bisa
berguna untuk dirinya.
Ayat-ayat suci Al Quran Al-Karim yang menyebutkan tentang ridha Allah
kepada sebagian hamba-Nya menunjukkan bahwa mereka adalah hamba yang memiliki
sifat-sifat mulia. Di bawah ini, kami bawakan beberapa contoh ayat suci Al Quran
yang dengan jelas menyebut ridha Allah kepada hamba-hamba-Nya yang saleh.
Allah SWT berfirman,
قال
الله هذا يوم ينفع الصادقين صدقهم لهم جنّات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها
أبدا رضي الله عنهم و رضوا عنه ذلك الفوز العظيم
Artinya: Allah berfirman, "Ini adalah suatu hari
di mana kebenaran para shadiqin (orang-orang yang benar) bermanfaat bagi
mereka. Mereka mendapatkan surga dan kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan
yang paling besar" .[103]
Ayat ini menunjukkan bahwa
kaum shadiqin --yaitu yang memiliki sifat jujur yang sebenarnya-- adalah
kaum yang diridhai Allah SWT.
Ayat kedua adalah firman Allah SWT berikut ini.والسابقون
الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضي الله عنهم ورضوا عنه
وأعدّ لهم جنّات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا ذلك الفوز العظيم
Artinya: Mereka yang pertama kali (masuk Islam) dari
kalangan kaum Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan sebaik-baiknya, akan diridhai
Allah dan mereka pun ridha kepada
Allah. Allah telah menyediakan bagi mereka surga dengan sungai-sungai yang mengalir
di bawahnya. Mereka kekal di surga selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.[104]
Ayat ketiga adalah,
لا
تجد قوما يؤمنون بالله و اليوم الآخر يوادّون من حادّ الله ورسوله ولو كانوا
آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم أولئك كتب في قلوبهم الإيمان وأيّدهم
بروح منه ويدخلهم جنّات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها رضي الله عنهم ورضوا
عنه أولئك حزب الله ألا إنّ حزب الله هم المفلحون
Artinya: Tidak akan engkau jumpai suatu kaum yang
beriman kepada Allah dan hari akhirat mencintai orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak, anak, saudara
ataupun keluarga mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah
menanamkan keimanan di dalam hati mereka dan membantu mereka dengan pertolongan
yang datang dari pada-Nya. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga dengan
sungai yang mengalir di bawahnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun
merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah kelompok Allah (hizbullah). Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kelompok Allah adalah kelompok yang beruntung.[105]
Ayat di atas dengan jelas
menyebutkan bahwa salah satu sifat mulia yang dimiliki oleh mukmin sejati
adalah tidak berkasih-sayang dengan musuh Allah dan musuh Rasul-Nya, meskipun
ia adalah ayah, anak atau saudara mereka sendiri. Sifat yang mulia ini termasuk
sifat utama yang mesti dimiliki oleh seorang insan mukmin.
Ayat berikutnya adalah firman
Allah SWT berikut ini.
إنّ
الذين آمنوا و عملوا الصالحات أولئك هم
خير البرية , جزاؤهم عند ربهم جنّات عدن تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا
رضي الله عنهم ورضوا عنه ذلك لمن خشي ربّه
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh adalah makhluk terbaik. Balasan mereka di sisi Tuhan
ialah surga ‘Adn dengan sungai yang mengalir di bawahnya. Mereka kekal di surga
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Yang demikian itu adalah balasan bagi mereka yang takut kepada Tuhannya. [106]
Semua
ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa mereka yang kekal di dalam surga
dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya adalah orang-orang yang diridhai
oleh Allah SWT dan merekapun ridha kepada-Nya. Di sinilah letak keagungan
ungkapan Ilahi dalam ayat-ayat tersebut. Lalu siapakah gerangan orang-orang
yang ridha kepada Tuhan?
Mereka adalah orang-orang yang benar dan jujur kepada
Allah dalam keimanan dan perbuatan mereka. Mereka adalah orang-orang yang
melakukan amal kebajikan dan takut kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang
pertama kali beriman dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar, dan yang
mengikuti jejak mereka dengan sebaik-baiknya. Mereka adalah kaum mukminin yang
tidak berkasih sayang dengan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh Rasul-Nya.
Kedua: Orang yang Mendapat Syafaat
Pada pembahasan yang lalu,
telah dijelaskan bahwa kaum kafir dan mereka yang ditetapkan Allah akan kekal
di neraka tidak akan mendapatkan syafaat di hari kiamat nanti. Karena itu,
pertanyaan selanjutnya yang muncul
adalah: siapakah orang-orang yang berhak untuk mendapatkan syafaat dan
siapa pula yang tidak berhak memperolehnya?
a. Mukminin yang Berdosa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, syafaat berarti pengampunan
dosa dan penghapusan siksa. Di sini muncul pertanyaan, mungkinkah keimanan
kepada Allah dan hari akhir berkumpul menjadi satu pada diri seorang mukmin
dengan kemaksiatan dan pelanggaran?
Jawabnya adalah: tingkat keimanan kaum mukminin berbeda-beda karena sifat
dan kepribadian mereka masing-masing. Al Quran Al-Karim telah menjelaskan hal
ini dalam banyak kesempatan. Di antaranya firman Allah berikut ini.
..
لا يستوي القاعدون من المؤمنين غير أولي الضرر و المجاهدون في سبيل الله بأموالهم
و أنفسهم فضّل الله المجاهدين بأموالهم و أنفسهم على القاعدين درجة و كلاّ وعد
الله الحسنى و فضّل الله المجاهدين على القاعدين أجرا عظيما
Artinya: Tidaklah sama antara mukmin yang tidak ikut
berperang tanpa alasan yang tepat dengan orang-orang yang berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad
dengan harta dan jiwa satu derajat di atas orang-orang yang tidak berjihad.
Untuk mereka masing-masing Allah telah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan
Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang-orang yang tidak berjihad
dengan pahala yang besar.[107]
Ada beberapa poin penting dalam
ayat ini. Di antaranya adalah bahwa mereka yang tidak ikut serta dalam jihad
dengan harta dan jiwa mereka tanpa alasan yang jelas -seperti cacat badan atau
fakir- derajat mereka di sisi Allah tidak sama dengan derajat para mujahidin.
Akan tetapi, Allah tetap menjanjikan surga kepada kedua kelompok ini. Bedanya,
pahala yang akan didapatkan oleh mereka yang berjihad lebih besar yang oleh
Allah disebut sebagai Ajrun ‘Adzim (pahala yang agung).
Orang mukmin terkadang
bersalah hingga melakukan dosa, namun ia akan segera memohon ampun kepada Allah
dan bertaubat. Ia juga memerlukan syafaat untuk hari kiamat nanti.
‘Ubaidah bin Zurarah berkata,
“Aku bertanya kepada Abu Abdillah a.s. tentang ihwal orang mukmin, "Apakah
ia memerlukan syafaat?" Beliau menjawab, “Ya.” Lantas seseorang berdiri
dan bertanya, "Apakah seorang mukmin masih memerlukan syafaat Nabi
Muhammad SAWW?" Beliau menjawab,
نعم
, إنّ للمؤمنين خطايا وذنوبا وما من أحد إلاّ يحتاج إلى شفاعة محمد يومئذ
Artinya: Ya, seluruh kaum
mukminin mempunyai banyak kesalahan dan memikul banyak dosa. Mereka semua akan
memerlukan syafaat dari Nabi Muhammad SAWW di hari itu.[108]
Dengan penjelasan di atas,
tidak ada lagi alasan untuk mengatakan bahwa orang bisa disebut mukmin jika
seluruh perbuatannya sesuai dengan keimanannya. Sebab, dengan mengatakan hal
itu berarti kita telah melupakan tabiat manusia. Allah Maha Mengetahui tentang
keadaan hamba-Nya. Apa yang telah Allah firmankan dalam Al Quran tersebut
merupakan penjelasan tentang hukum penciptaan manusia. Dengan demikian, dapat
kita katakan bahwa perbedaan tingkatan yang ada di antara umat manusia ini
adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri.
Lebih dari itu, hadis dari
Imam Ja’far Shadiq a.s. di atas juga
menegaskan akan adanya dosa yang dipikul oleh orang-orang mukmin sehingga
mereka memerlukan syafaat Rasulullah SAWW di hari kiamat.
Kami ajak pembaca yang
budiman untuk menyimak ayat di bawah ini.
وسارعوا
إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات والأرض أعدّت للمتقـين , الذين ينفقون في
السّرّآء والضّرّآء و الكاظمين الغيظ و العافين عن الناس و الله يحب المحسنين , و
الذين إذا فعلوا فاحشة أو ظلموا أنفسهم ذكروا الله فاستغفروا لذنوبهم ومن يغفر
الذنوب إلاّ الله ولم يصرّوا على ما فعلوا وهم يعلمون , أولئك جزآؤهم مغفرة من
ربهم وجنات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها ونعم أجر العاملين
Artinya: Dan bergegaslah kalian kepada ampunan dari
Tuhan dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa. Yaitu, mereka yang menafkahkan hartanya, baik di
saat lapang maupun di saat membutuhkan, orang-orang yang menahan amarahnya, dan
orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan. (Allah juga menyukai) mereka yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, segera ingat kepada Allah, lalu
memohon ampun atas dosa-dosa yang mereka perbuat. Siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
keji itu, sedang mereka mengetahui. Balasan yang akan mereka terima adalah
ampunan dari Tuhan mereka dan surga dengan sungai yang mengalir di bawahnya.
Mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang
beramal. [109]
Poin penting
dalam ayat ini yang bisa kita paparkan di sini adalah bahwa Allah SWT telah
menyediakan surga dengan sungai yang mengalir di bawahnya bagi kaum mukminin
yang ber-istighfar dan meminta ampunan kepada-Nya setelah mereka
melakukan perbuatan yang keji atau menzalimi diri sendiri dan mereka tidak
terus-menerus melakukan kesalahan tersebut. Mereka akan kekal di dalam surga.
Dalam hal ini, terlihat jelas bahwa salah satu sifat orang mukmin sejati adalah
tidak terus-menerus berada dalam lumpur maksiat, melainkan ber-istighfar dan
bertaubat. Allah SWT tidak mungkin akan menjanjikan surga bagi seseorang
kecuali jika ia adalah orang yang beriman dan diridhai oleh-Nya.
Jika seorang
mukmin melakukan perbuatan maksiat dan terus-menerus melakukannya, apakah ia
masih bisa dikatakan sebagai seorang mukmin sejati yang seluruh perbuatan,
tindakan, dan perilakunya didasari oleh imannya dan bukan sekedar klaim
keimanan semata?
Terus-menerus dalam melakukan
perbuatan maksiat dapat mengeluarkan seseorang dari sifat keimanan yang
sebenarnya. Sebab, “Terus-menerus berada dalam lumpur dosa berarti
menggampangkan perintah Allah SWT dan meremehkan kedudukan-Nya sebagai Tuhan,
baik dosa tersebut tergolong sebagai dosa kecil ataupun besar...”[110] Demikian
sabda Imam Shadiq a.s. dalam menjawab pertanyaan Abdullah bin Sinan. Beliau
juga menegaskan bahwa terus-menerus dalam melakukan perbuatan maksiat dapat
mengeluarkan seseorang dari iman.
Pertanyaan kami, adakah orang
berakal yang mau mengatakan bahwa orang yang meremehkan perintah Allah SWT sama
persis dengan orang mengerjakan semua perintah dan meninggalkan semua
larangan-Nya?
Setelah mengajak pembaca
untuk merenungkan ayat-ayat suci Al Quran di atas, kami ajak Anda untuk
menyimak hadis-hadis suci yang diriwayatkan dari Nabi SAWW dan Ahlu Baitnya
a.s. di bawah ini.
Abu Abdillah Imam
Ja’far Shadiq a.s. dalam surat yang beliau kirimkan kepada
sekelompok sahabatnya menulis,
وإياكم أن تشره أنفسكم إلى شيء
حرّم الله عليكم , فإن من انتهك ما حرّم الله عليه ههنا في الدنيا , حال الله بينه
وبين الجنة ونعيمها ولذتها وكرامتها القائمة الدائمة لأهل الجنة أبد الآبدين ..و
إياكم والإصرار على شيء مما حرّم الله في القرآن ..
Artinya: Hati-hatilah,
jangan sampai kalian terdorong untuk melakukan sesuatu yang telah diharamkan
oleh Allah SWT. Sebab, jika seseorang melakukan apa yang Dia haramkan di dunia
ini, niscaya Allah SWT akan menghalanginya untuk masuk ke dalam surga dan
kenikmatan, serta kehormatan abadi yang telah disediakan bagi penghuni surga.
Hati-hatilah kalian, jangan sampai terus-menerus melakukan apa yang telah Allah
haramkan di dalam kitab suci Al Quran…[111]
Rasulullah SAWW dalam wasiatnya kepada sahabat beliau yang setia, Abu Dzar
Al-Ghiffari RA, bersabda,
يا
أبا ذرّ إن المؤمن ليرى ذنبه كأنه تحت صخرة يخاف أن تقع عليه , و الكافر يرى ذنبه
كأنه ذباب مرّ على أنفه
Artinya: Wahai Abu Dzar,
orang mukmin melihat dosa bagai sebongkah batu besar yang berada tepat di atas
kepalanya, sehingga ia takut batu itu akan menimpanya. Namun, orang kafir
menganggap dosa bagai seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya.[112]
Ali bin Ibrahim meriwayatkan
dari ayahnya, dari Ibn Abi Umair, dari Manshur bin Yunus, dari Abu Bashir, dia
berkata, “Aku pernah mendengar Abu Abdillah Imam Ja’far Shadiq a.s. berkata,
لا و الله لا
يقبل الله شيئا من طاعته على الإصرار على شيء من معاصيه
Artinya: Aku bersumpah demi Allah bahwa Allah SWT
tidak akan menerima amal perbuatan seseorang yang terus-menerus melakukan
maksiat. [113]
Kesimpulan yang bisa kita
ambil dari uraian di atas adalah bahwa dengan melakukan dosa terus-menerus,
seseorang bisa keluar dari kriteria iman yang sejati. Selain itu, seorang
mukmin terkadang berbuat dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Tetapi, ia
akan segera ber-istighfar dan bertaubat kepada Allah SWT. Hadis-hadis di
atas juga menjelaskan bahwa syafaat diperuntukkan bagi orang-orang yang
berdosa.
Husain bin Khalid berkata,
“Aku bertanya kepada Imam Ridha a.s., "Wahai putra Rasulullah, lalu apa
arti dari firman Allah SWT ولا يشفعون إلاّ لمن ارتضى “Mereka tidak memberikan syafaat kecuali kepada orang
yang telah diridhai.” [114] Beliau menjawab,
لا
يشفعون إلاّ لمن ارتضى الله دينه
Artinya: Mereka tidak memberikan syafaat kecuali
kepada orang yang Allah telah meridhai agamanya.[115]
Al-Barqi meriwayatkan dari
Ali bin Hasan Al-Ruqy, dari Abdullah bin Jibillah, dari Hasan bin Abdillah,
dari ayah dan kakeknya, Imam Hasan bin Ali a.s., bahwa beliau dalam sebuah
hadis yang cukup panjang berkata,
إن
النبي صلى الله عليه و آله و سلم قال في جواب نفر من اليهود سألوه عن مسائل : وأما
شفاعتي ففي أصحاب الكبائر ما خلا أهل الشرك والظلم
Artinya: Dalam menjawab
beberapa pertanyaan yang diajukan oleh sekelompok orang Yahudi, Nabi SAWW
bersabda, “Mengenai syafaatku, kelak di hari kiamat aku akan memberikannya
kepada mereka yang berlumuran dosa kecuali orang-orang musyrik dan zalim”.[116]
Kedua hadis di atas menjelaskan bahwa Allah SWT
tidak meridhai mereka yang mati dalam keadaan kafir atau zalim. Oleh karena
itu, mereka tidak berhak untuk mendapatkan syafaat.
b. Mukminin yang Berada di Neraka
Pada
pembahasan yang lalu, telah kami jelaskan bahwa syafaat akan didapatkan oleh
kaum mukminin yang berdosa di hari kiamat nanti sehingga dengan itu mereka bisa
masuk ke dalam surga. Namun, di sini perlu juga kami jelaskan bahwa ada
sekelompok orang beriman yang terpaksa harus masuk ke dalam neraka. Kelompok
kedua ini juga akan memperoleh syafaat untuk dapat keluar dari azab Ilahi.
Banyak hadis Nabi SAWW dan Ahlul Bait a.s. yang menyebutkan tentang adanya
sekelompok orang mukmin yang akan keluar dari neraka dengan syafaat Rasulullah
SAWW dan orang-orang saleh.
Rasulullah SAWW bersabda,
يشفع
الأنبياء في كل من يشهد أن لا إله إلاّ الله مخلصا , فيخرجونهم منها ..
Artinya: Para nabi kelak akan memberikan syafaat mereka kepada siapa
saja yang bersaksi dengan sungguh-sungguh bahwa tidak ada tuhan selain Allah
dan mengeluarkan mereka dari neraka...[117]
Beliau SAWW juga bersabda,
إن
الله يخرج قوما من النار بالشفاعة
Artinya: (Di hari kiamat) Allah akan mengeluarkan
sekelompok manusia dari neraka berkat syafaat.[118]
Hadis beliau SAWW yang lain
menyatakan,
ليخرجن
قوم من أمتي من النار بشفاعتي يسمون الجهنميين ..
Artinya: Kelak akan ada sekelompok umatku yang keluar
dari neraka berkat syafaatku. Mereka disebut dengan jahannamiyyun.[119]
Rasulullah SAWW dalam riwayat
lain bersabda,
أمّا
أهل النار الذين هم أهلها فلا يموتون فيها فلا يحيون ولكن ناس أصابتهم نار بذنوبهم
أو بخطاياهم فأماتتهم إماتة حتى إذا كانوا فحما أذن في الشفاعة فيخرجون ضبائر
ضبائر
Artinya: Penghuni neraka adalah mereka yang tinggal
dan kekal di dalamnya. Di dalam neraka, mereka tidak hidup dan tidak pula mati.
Akan tetapi, ada sebagian orang yang masuk neraka karena kesalahan dan dosa
mereka. Mereka akan dimatikan di dalamnya. Setelah menjadi arang, Allah
mengizinkan mereka untuk mendapat syafaat sehingga mereka keluar dari neraka
kelompok demi kelompok.[120]
Imam Ali Ridha a.s. berkata,
مذنبوا
أهل التوحيد لا يخلدون في النار ويخرجون منها والشفاعة جائزة لهم ...
Artinya: Kaum muslimin yang berdosa tidak akan tinggal
selamanya di dalam neraka. Mereka pasti akan keluar dari sana, sebab mereka
berhak untuk mendapatkan syafaat...[121]
Diriwayatkan bahwa Rasulullah
SAWW bersabda,
... فإذا فرغ الله عزّ وجل من القضاء
بين خلقه و أخرج من النار من يريد أن يخرج , أمر الله ملائكته والرسل أن تشفع
فيعرفون بعلاماتـهم : إنّ النار تأكل كلّ شيء من ابن آدم إلاّ موضع السجود ..
Artinya: Setelah pengadilan
akbar Tuhan di hari kiamat selesai dan Allah telah mengeluarkan sebagian orang
dari neraka, Dia akan memerintahkan para malaikat dan rasul-Nya untuk memberi
syafaat kepada orang-orang yang beriman melalui tanda yang mereka miliki. Sebab
api neraka akan melahap habis tubuh anak Adam kecuali tempat sujudnya…[122]
Diriwayatkan
juga bahwa beliau bersabda,
إذا
ميّز أهل الجنة و أهل النار , فدخل أهل الجنة الجنة , و أهل النار النار قامت
الرسل و شفعوا ...
Artinya: Setelah penghuni
surga dipisahkan dari penghuni neraka, mereka akan masuk ke tempat yang telah
ditentukan untuk mereka masing-masing. Saat itulah para nabi dan rasul
memberikan syafaat mereka…[123]
Hadis Nabi SAWW berikutnya,
يقول
الرجل من أهل الجنة يوم القيامة أي ربي عبدك فلان سقاني شربة من ماء في الدنيا
فشفعني فيه , فيقول : إذهب فأخرجه من النار فيذهب فيتجسس في النار حتى يخرجه منها
...
Artinya: Pada
hari kiamat nanti, akan ada seseorang dari penghuni surga yang berkata kepada
Allah, “Wahai Tuhanku, si fulan dahulu di dunia pernah memberiku seteguk air.
Berilah aku kesempatan untuk memberinya syafaat.” Tuhan menjawab, “Carilah dan
keluarkanlah ia dari neraka!” Ia pun pergi mencari kawannya itu di neraka lalu
mengeluarkannya dari sana.[124]
Allamah
Thabathaba’i berkata, “Kesimpulannya adalah bahwa syafaat merupakan fenomena
yang pasti akan terjadi di babak akhir dari drama kiamat. Ketika itu ampunan
Allah SWT yang Mahaluas menjadi penghalang bagi seseorang untuk masuk ke dalam
neraka atau ampunan itu akan mengangkat dan menyelamatkan mereka yang telah
memasukinya…” [125]
Semua riwayat di
atas menjelaskan bahwa syafaat akan diberikan setelah penghitungan amal umat
manusia selesai dan berguna untuk menyelamatkan orang mukmin dari siksa api
neraka atau mengeluarkannya dari sana.
Ketiga: Mereka yang Tidak Mendapat Syafaat
Sampai di sini, kita telah mengetahui bahwa syafaat adalah anugerah yang
hanya akan diterima oleh kaum mukminin dan syafaat tidak berguna bagi mereka
yang mati dalam keadaan kafir. Al-Quran Al-Karim dalam banyak ayatnya telah
menjelaskan ancaman Tuhan terhadap beberapa kelompok umat manusia bahwa mereka
akan kekal di dalam neraka dan tidak akan mendapat syafaat.
Ancaman bahwa mereka akan kekal di neraka bisa kita temukan dalam tiga
puluh delapan ayat yang tersebar di delapan belas surat
Al Quran.
Sayangnya, kajian singkat ini tidak mengizinkan kami untuk membahas
ayat-ayat tersebut satu-persatu. Namun, dengan menelaahnya secara cermat dan
teliti kita akan mendapatkan keuntungan dalam menguatkan klaim kita di atas
bahwa kaum mukminin tidak termasuk mereka yang diancam oleh Allah untuk
dimasukkan ke dalam neraka selama-lamanya.
Ketidakkekalan tersebut memberikan indikasi bahwa orang mukmin yang
mungkin masuk ke neraka, nantinya pasti akan dikeluarkan dari sana,
dan ini berarti jalan kita untuk mengimani konsep syafaat lebih terbuka lagi.
Di bawah ini, kami nukilkan ayat-ayat tersebut yang kami kelompokkan menurut
kategori yang kami buat sendiri.
a. Orang-Orang Kafir
- والذين كفروا و
كذّبوا بآياتنا أولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya: Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan
ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
[126]
- إنّ الذين كفروا وماتوا وهم كفّار أولئك عليهم لعنة الله والملائكة والناس
أجمعين , خالدين فيها لا يخفّف عنهم العذاب ولا هم ينظرون .
Artinya: Sesungguhnya
orang-orang kafir dan mereka yng mati dalam keadaan kafir akan mendapat laknat
Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam laknat
tersebut. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan siksa dan mereka tidak akan
dilihat dengan pandangan rahmat. [127]
- .. والذين كفروا أولياؤهم الطاغوت يخرجونهم من النور إلى الظلمات أولئك أصحاب
النار هم فيها خالدون
Artinya: Dan orang-orang kafir, pelindung mereka
adalah thaghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kepada
kegelapan. Mereka itulah penghuni neraka, yang kekal di dalamnya selama-lamanya.[128]
- إنّ الذين كفروا لن تغني عنهم أموالهم ولا أولادهم من الله شيئا و أولئك أصحاب
النار هم فيها خالدون
Artinya: Sesungguhnya bagi orang-orang kafir, baik
harta maupun anak-anak mereka tidak akan
dapat menolak azab Allah dari mereka sedikit pun. Mereka adalah penghuni neraka
dan mereka kekal di dalamnya. [129]
- إنّ الذين كفروا و ظلموا لم يكن الله ليغفر لهم ولا ليهديهم طريقا , إلاّ طريق
جهنم خالدين فيها أبدا و كان ذلك على الله يسيرا .
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan
melakukan kezaliman tidak akan diampuni dosanya oleh Allah dan Allah tidak akan
menunjukkan jalan kepada mereka.[130]
- و إن تعجب فعجب قولهم أءذا كنّا ترابا أءنّا لفي خلق جديد أولئك الذين كفروا
بربهم و أولئك الأغلال في أعناقهم و أولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya: Dan jika ada sesuatu yang kamu herankan maka
yang patut kamu herankan adalah ucapan mereka, “Apabila kami telah menjadi
tanah, apakah kami sesungguhnya akan dikembalikan menjadi makhluk yang baru?”
Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya dan orang-orang itulah yang kelak
akan dibelenggu lehernya. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di
dalamnya.[131]
- إن الله لعن الكافرين وأعدّ لهم سعيرا , خالدين فيها أبدا لا يجدون وليّا ولا
نصيرا .
Artinya: Sesungguhnya Allah melaknat orang-orang kafir
dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka). Mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Mereka tidak memperoleh seorang pelindung pun dan
tidak (pula) seorang penolong.[132]
- و سيق الذين كفروا إلى جهنم زمرا حتى إذا جآؤها فتحت أبوابها وقال لهم خزنتها
ألم يأتكم رسل منكم يتلون عليكم آيات ربكم و ينذرونكم لقاء يومكم هذا قالوا بلى
ولكن حقّت كلمة العذاب على الكافرين , قيل ادخلوا أبواب جهنم خالدين فيها فبئس
مثوى المتكبرين .
Artinya: Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam
berkelompok-kelompok. Apabila mereka sampai ke neraka itu, dibukakanlah
pintu-pintunya dan berkata kepada mereka penjaga-penjaganya, “Apakah rasul-rasul
dari golongan kalian sendiri belum pernah datang dan membacakan ayat-ayat Tuhan
kepada kalian serta memperingatkan kalian akan pertemuan hari ini?” Mereka
menjawab,“Benar (telah datang).” Tetapi telah pasti berlaku ketetapan kepada
orang-orang yang kafir. Dikatakan kepada mereka, “Masuklah ke pintu-pintu
neraka Jahannam itu, sedang kalian kekal di dalamnya.” Maka, neraka Jahannam
itulah tempat terburuk bagi orang-orang yang menyombongkan diri.[133]
- كمثل الشيطان إذ قال للإنسان اكفر فلما كفر قال إني بريء منك إني أخاف الله رب
العالمين , فكان عاقبتهما أنهما في النار خالدين فيها وذلك جزاء الظالمين
Artinya: Bujukan
orang-orang munafik itu adalah seperti bujukan setan ketika dia berkata kepada
manusia, “Kafirlah kamu.” Maka, tatkala manusia itu telah kafir ia berkata,
"Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan Semesta Alam." Maka, nasib keduanya adalah bahwa
mereka akan masuk ke dalam neraka dan mereka kekal di dalamnya. Demikianlah
balasan bagi orang-orang yang berbuat zalim.[134]
- والذين كفروا وكذّبوا بآياتنا أولئك أصحاب النار هم فيها خالدين فيها وبئس المصير
Artinya: Dan orang-orang
yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni
neraka. Mereka kekal di dalamnya dan itulah tempat kembali yang terburuk.[135]
- إن الذين كفروا من أهل الكتاب والمشركين في نار جهنّم خالدين فيها أولئك هم شرّ
البريّة
Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni Ahli
Kitab dan orang-orang musyrik, (akan masuk) ke neraka Jahannam. Mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah makhluk yang
terburuk.[136]
- وعد الله المنافقين والمنافقات والكفّار نار جهنّم خالدين فيها هي حسبهم ولعنهم
الله ولهم عذاب مقيم
Artinya: Allah mengancam orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan serta orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka
kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka. Allah melaknat mereka dan
bagi mereka azab kekal. [137]
- لعن الذين كفروا من بني إسرائيل على لسان داود و عيسى ابن مريم ذلك بما عصوا
وكانوا يعتدون , كانوا لا يتناهون عن منكر فعلوه لبئس ما كانوا يفعلون , ترى كثيرا
منهم يتولّون الذين كفروا لبئس ما قدّمت لهم أنفسهم أن سخط الله عليهم وفي العذاب
هم خالدون .
Artinya: Orang-orang kafir dari Bani Israil
telah dikutuk melalui lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu
dikarenakan mereka telah membangkang dan melampui batas. Mereka tidak saling
melarang dari perbuatan keji yang mereka perbuat. Sungguh buruk sekali
perbuatan mereka itu. Kalian menyaksikan kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang kafir dan
musyrik. Sungguh amat buruklah apa yang mereka perbuat untuk diri mereka
sendiri dengan membuat Allah murka atas mereka. Kelak mereka akan berada di
neraka dan kekal di dalamnya.[138]
b. Orang-Orang yang Murtad
- ... ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا
والآخرة وألئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya: …Jika seseorang di antara kalian keluar dari
agamanya lalu ia mati dalam kekafiran maka sia-sialah amal perbuatan mereka di
dunia dan di akhirat. Merekalah penghuni neraka dan kekal di dalamnya.[139]
- كيف يهدي الله قوما كفروا بعد إيمانهم
وشهدوا أن الرسول حقّ وجاءهم البيّنات والله لا يهدي القوم الظالمين , أولئك
جزاؤهم أنّ عليهم لعنة الله والملائكة والناس أجمعين , خالدين فيها لا يخفّف عنهم
العذاب ولا هم ينظرون
Artinya: Bagaimana Allah akan memberi hidayah kepada
orang-orang yang kafir setelah sebelumnya mereka beriman serta telah mengakui
kebenaran risalah Muhammad dan telah datang kepada mereka keterangan tentang
kebenaran. Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Balasan yang akan mereka terima adalah bahwa mereka mendapat kutukan Allah,
kutukan para malaikat, serta kutukan manusia seluruhnya. Mereka kekal dalam
kutukan tersebut. Mereka tidak akan mendapatkan keringanan siksaan dan tidak
pula mereka diberi tangguh (kesempatan).[140]
c. Orang-Orang Musyrik
- ما كان للمشركين أن يعمروا مساجد الله شاهدين على أنفسهم بالكفر أولئك حبطت
أعمالهم و في النار هم فيها خالدون
Artinya: Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu
meramaikan masjid-masjid, padahal mereka mengakui bahwa mereka adalah kafir.
Mereka adalah orang-orang yang amal perbuatannya sia-sia dan mereka kekal di
dalam api neraka.[141]
- إنكم وما تعبدون من دون الله حصب جهنّم أنتم لها واردون , لو كان هؤلاء ألهة ما
وردوها وكلّ فيها خالدون
Artinya: Sesungguhnya kalian dan sesembahan kalian
selain Allah, adalah umpan Jahannam. Kalian pasti masuk ke dalamnya. Andaikata
berhala-berhala itu Tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Mereka semua
kekal di dalamnya.[142]
- والذين لا يدعون مع الله إلها آخر ولا
يقتلون النفس التي حرّم الله إلاّ بالحق ولا يزنون ومن يفعل ذلك يلق أثاما , يضاعف
له العذاب يوم القيامة ويخلد فيه مهانا
Artinya: Dan orang-orang yang
tidak menyembah tuhan selain Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (untuk membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina;
jika seseorang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapatkan
(pembalasan) dosa(nya), (yakni) azab untuknya akan dilipatgandakan pada hari
kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.[143]
- إن الذين كفروا من أهل الكتاب و المشركين في
نار جهنّم خالدين فيها أولئك هم شرّ البريّة
Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir dari Ahli
Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah makhluk
terburuk.[144]
- ويوم يحشرهم جميعا يا
معشر الجنّ قد استكثرتم من الإنس وقال أولياؤهم من الإنس ربّنا استمتع بعضنا ببعض
و بلغنا أجلنا الذي أجّلت لنا قال النار مثواكم خالدين فيها إلاّ ما شاء الله إن
ربّك حكيم عليم
Artinya: Dan ingatlah hari di waktu Allah menghimpun
mereka semuanya, (dan Allah berfirman), “Wahai bangsa jin, sesungguhnya kalian
telah banyak menyesatkan manusia.” Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari umat
manusia, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapat
kesenangan dari sebagian yang lain dan kami telah sampai pada waktu yang Engkau
tentukan bagi kami.” Allah berfirman, “Neraka adalah tempat tinggal kalian
untuk selama-lamanya sampai Allah menghendaki (hal yang lain).” Sesungguhnya
Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.[145]
d. Pemakan Riba
الذين
يأكلون الربا لا يقومون إلاّ كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المسّ ذلك بأنّهم
قالوا إنّما البيع مثل الربا و أحلّ الله البيع وحرّم الربا فمن جاءه موعظة من
ربّه فانتهى فله ما سلف و أمره إلى الله ومن عاد فأولئك أصحاب النار هم فيها
خالدون
Artinya: Orang-orang yang
makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu adalah disebabkan mereka berkata,, "Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba." Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan), sedang urusannya kembali (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.[146]
e. Para Penentang Allah dan Rasul-Nya
- ومن يعص الله ورسوله و يتعدّ حدوده يدخله نارا خالدا فيها و له عذاب مهين
Artinya: Dan jika
seseorang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam api neraka
dan ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.[147]
- ألم يعلموا أنه من يحادد الله ورسوله فانّ له نار جهنم خالدا فيها ذلك الخزي
العظيم
Artinya: Tidakkah mereka
(orang-orang munafik itu) mengetahui bahwasanya jika seseorang menentang Allah
dan Rasul-Nya maka sesungguhnya neraka Jahannamlah baginya, dia kekal di dalamnya.
Itu adalah kehinaan yang besar.[148]
- ... ومن يعص الله ورسوله
فإن له نار جهنم خالدين فيها أبدا
Artinya: …Dan jika
seseorang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka
Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.[149]
f. Orang-orang Congkak dan Pendusta Kebenaran
- والذين كذّبوا بآياتنا واستكبروا عنها أولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya: Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka adalah penghuni neraka. Mereka
kekal di dalamnya.[150]
- ... وقد آتيناك من لدنّا ذكرا , من أعرض
عنه فإنه يحمل يوم القيامة وزرا , خالدين فيها وساء لهم يوم القيامة حملا
Artinya: …dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu
dari sisi Kami suatu peringatan (Al-Qur’an). Jika seseorang berpaling dari
(kitab suci) Al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di
hari kiamat dan mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu
sebagai beban bagi mereka di hari kiamat. [151]
- الذين كذّبوا بالكتاب
وبما أرسلنا به رسلنا فسوف يعلمون , إذ الأغلال في أعناقهم والسلاسل يسحبون , في
الحميم ثمّ في النار يسجرون , ثمّ قيل لهم أين ما كنتم تشركون , من دون الله قالوا
ضلّوا عنّا بل لم نكن ندعوا من قبل شيئا كذلك يضلّ الله الكافرين , ذلكم بما كنتم
تفرحون في الأرض بغير الحق وبما كنتم تمرحون , ادخلوا أبواب جهنم خالدين فيها فبئس
مثوى المتكبرين .
Artinya: (Yaitu)
orang-orang yang mendustakan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan wahyu yang dibawa oleh
rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui, ketika
belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, dan mereka diseret ke dalam air
yang sangat panas, kemudian dibakar dalam api. Lalu dikatakan kepada mereka,
“Di manakah berhala-berhala (yang kalian sembah) yang telah kalian jadikan
sebagai sekutu Allah?” Mereka menjawab, “Mereka telah hilang lenyap dari kami
bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu.” Demikianlah Allah
menyesatkan orang-orang kafir. Yang demikian itu disebabkan karena kalian
bersuka ria di muka bumi dengan tidak benar dan karena kalian selalu bersuka
ria (dalam kemaksiatan). Dikatakan kepada mereka, “Masuklah kalian ke
pintu-pintu neraka Jahannam, (dan tinggallah) di dalamnya untuk selama-lamanya.
Itulah tempat bagi orang-orang yang
sombong.“ [152]
- .. فذوقوا بما نسيتم لقاء يومكم هذا إنّا
نسيناكم و ذوقوا عذاب الخلد بما كنتم تعملون
Artinya: Maka rasakanlah
(siksaan ini) sebagai balasan atas kelalaian kalian akan pertemuan dengan hari
ini (Hari Kiamat). Sesungguhnya Kami telah melupakan kalian (pula) dan
rasakanlah siksa yang kekal, sebagai balasan atas apa yang telah kalian lakukan.[153]
- ذلك جزاء أعداء الله النار لهم فيها دار الخلد جزاء بما كانوا بآياتنا يجحدون
Artinya: Demikianlah
balasan (terhadap) musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat
tinggal yang kekal di dalamnya sebagai pembalasan atas keingkaran mereka
terhadap ayat-ayat Kami.[154]
g. Munafikin
- وعد الله المنافقين والمنافقات والكفّار نار جهنّم خالدين فيها هي حسبهم ولعنهم
الله ولهم عذاب مقيم
Artinya: Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki
dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya.
Cukuplah neraka itu bagi mereka. Allah melaknat mereka dan bagi mereka azab
kekal.[155]
- ألم تر إلى الذين تولّوا قوما غضب الله عليهم ما هم منكم ولا منهم ويحلفون على
الكذب وهم يعملون , أعدّ الله لهم عذابا شديدا إنهم ساء ما كانوا يعملون , اتخدوا
أيمانهم جنّة فصدّوا عن سبيل الله فلهم عذاب مهين , لن تغني عنهم أموالهم ولا
أولادهم من الله شيئا أولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya: Tidakkah kamu melihat
orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman
padahal orang-orang tersebut bukan dari golongan kalian dan bukan (pula) dari
golongan mereka. Mereka bersumpah untuk mendukung kebohongan, sedang mereka
mengetahui. Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras.
Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Mereka menjadikan
sumpah sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah. Karena
itulah mereka kelak akan mendapat azab yang menghinakan. Harta benda dan
anak-anak mereka tiada berguna sedikit pun (untuk menolong) mereka dari azab
Allah. Mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.[156]
h. Pembunuh Orang Mukmin
و
من يقتل مؤمنا متعمدا فجزاؤه جهنم خالدا فيها و غضب الله عليه و لعنه وأعدّ له
عذابا عظيما
Artinya: Dan jika seseorang membunuh seorang mukmin
dengan sengaja maka balasannya adalah neraka Jahannam. Ia kekal di dalamnya.
Allah murka kepadanya, mengutuknya, serta menyediakan baginya azab yang besar.[157]
i. Orang-Orang yang Zalim
- ثم قيل للذين ظلموا ذوقوا عذاب الخلد هل تجزون إلاّ بما كنتم تكسبون
Artinya: Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang
zalim (musyrik) itu, "Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal. Kamu tidak
diberi balasan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan." [158]
- الذين تتوفّاهم الملئكة ظالمي أنفسهم فألقوا السلم ما كنّا نعمل من سوء بلى ان
الله عليم بما كنتم تعملون , فادخلوا أبواب جهنم خالدين فيها فلبئس مثوى المتكبرين
Artinya: Orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat
dalam keadaan berbuat zalim kepada diri sendiri, mereka menyerah diri (sambil
berkata), “Kami tidak pernah mengerjakan satu kejahatan pun.” (Malaikat
menjawab), "Ya, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kalian
kerjakan. Maka laluilah pintu-pintu neraka Jahannam. Kalian kekal di
dalamnya." Betapa buruknya tempat bagi mereka yang menyombongkan diri itu.[159]
j. Para Pendosa
إن
المجرمين في عذاب جهنم خالدون
Artinya: Sesungguhnya
orang-orang yang berdosa kekal di dalam neraka Jahannam.[160]
k. Mereka yang Berbuat Kejahatan
والذين
كسبوا السيئات جزاء سيئة بمثلها وترهقهم ذلّة ما لهم من الله من عاصم كأنما أغشيت
وجوههم قطعا من الليل مظلما أولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya: Dan orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (akan mendapat) balasan yang setimpal dan mereka dipenuhi
oleh rasa kehinaan. Mereka tidak memiliki
pelindung apa pun dari (azab) Allah. Seakan-akan muka mereka ditutupi oleh
kepingan-kepingan malam yang gelap gulita. Mereka itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.[161]
l. Mereka yang Timbangan Amalnya Ringan
ومن خفّت
موازينه فأولئك الذين خسروا أنفسهم في جهنم خالدون
Artinya: Dan barang siapa yang
timbangan amalnya ringan, mereka itulah orang-orang yang merugi. Mereka kekal
di dalam neraka Jahannam.[162]
Dari uraian
dan pembagian di atas, dapat kita simpulkan bahwa mereka yang kekal di dalam
neraka tidak termasuk golongan kaum mukminin. Hal ini disebabkan karena orang
yang beriman telah lebih dahulu bertaubat dan memperbaiki diri serta memohon
ampun kepada Allah atas semua dosa sebelum malaikat maut datang mencabut nyawa
mereka. Kesimpulan ini mendukung teori yang kita yakini bahwa kaum mukminin
kelak akan mendapatkan syafaat di hari kiamat baik untuk menyelamatkan diri
dari siksa atau mengeluarkan mereka dari neraka.
Singkatnya,
ada dua cara untuk membuktikan kebenaran konsep syafaat, yaitu sebagai berikut.
Pertama,
dengan mengkaji ayat-ayat Al-Quran yang menyebut permasalahan ini.
Kedua, dengan
membawakan bukti-bukti yang akurat bahwa orang mukmin yang berdosa tidak akan
kekal berada di dalam neraka. Mereka pasti akan keluar dari sana
suatu saat. Dan untuk keluar dari neraka mereka membutuhkan sarana yang tidak
lain adalah syafaat. Syafaat kelak akan diberikan oleh mereka yang telah
diridhai oleh Allah, seperti para nabi, rasul, washi malaikat,
hamba-hamba Allah yang saleh, dan amal kebajikan.
Kesimpulan
akhir dari telaah kita ini adalah bahwa syafaat ada dan akan didapatkan oleh kaum
mukminin yang Allah SWT telah meridhai keimanannya. Syarat ini adalah syarat
terpenting bagi terwujudnya syafaat. Kelak di hari kiamat, Rasulullah SAWW,
para imam dari keluarga suci beliau a.s., orang-orang saleh, amal kebajikan,
Al-Quran, dan malaikat akan memberikan syafaat kepada siapa saja yang berhak
mendapatkannya. Perlu pula diingat bahwa syafaat tidak akan terwujud kecuali
setelah seluruh syaratnya terpenuhi. Semoga Allah SWT memasukkan kita ke dalam
golongan mereka yang berhak mendapatkan syafaat dari Rasulullah Muhammad SAWW
dan keluarganya yang suci a.s. Amin.
Sumber: http://lantora-kalawa.blogspot.com/2013/09/sekelumit-pemahaman-tentang-kitab-kuning.html
0 comments:
Post a Comment